Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

(Lagi) RS Keuangan, Akuntansi dan SDM

Jika ada pertanyaan “bagian hidupmu yang mana yang sedang kau rindukan saat ini?” Aku akan jawab, bagian hidupku di sekitaran umur 18-20  tahun. Jika kau tanya mengapa? Akan ku jawab, “Karena aku bagian dari mereka. Bagian dari keluarga keuangan 2010.” Dinding-dinding kelas akuarium kita jadi saksi. Saksi ketegangan kita saat ujian. Menjadi saksi ritual makan klepon bersama. Aku menulis sambil menengok kenangan, Ketika kita pergi  menyendiri ditempat tinggi dan sejuk. Bukan untuk melarikan diri. Hanya untuk berbagi hati. Tiga hari dua malam yang entah sampai kapan akan terus terkenang. Malam-malam riuh penuh tawa. Malam hening khusyuk penuh doa. Malam gelap penuh curahan. Sadar kejadiaan itu akan menjadi kenangan, Dengan cepat, mata merespon dengan menumpahkan airmata. Sadar hendak berakhir, Peluk menjadi lebih hangat dari sebelumnya. Keluarga, Kalian keluarga. Barangkali mereka menganggap kita badut. Yang menertawakan kesendiria

Resah dan Risau Perlahan Luruh

semua keresahan mendalam ayah dan ibu semua kerisauan di tengah malam ayah dan ibu siang ini perlahan luruh. secarik kertas yang melakukannya. selamat menempuh pendidikan di jenjang baru, Adikku selamat berjuang kembali untuk jadi yang terbaik untuk Ibu dan Bapak...

Momen Dalam Foto

hanya bisa bersyukur ada internet dan media sosial online di zaman sekarang, juga karena keberadaan kamera dan perangkatnya..  kamera dengan pintarnya menangkap dan mengurung momen-momen. momen indah, sedih, menyenangkan, manis, mengharukan. perangkatnya dengan mudahnya menghubungkan ke peralatan canggih dan dengan dibantu media sosial diabadikan untuk dilihat banyak orang.  sesore ini menyenangkan, ditemani foto-foto bersama masa lalu. kebersamaan kita.. untuk teman-teman seperjuangan kelas RS-Keuangan, Akuntansi dan SDM (Vokasi UI) waktu kumpul terakhir sebelum magang kumpul terakhir sebelum magang waktu liburan colongan di ciloto jalan pagi waktu di ciloto pertama kali kita pakai blazer dan jas saat pengambilan nilai matkul customer service

Prodi Perumahsakitan - Keuangan, Akuntansi dan SDM

bahkan aku terus merindukan kalian sejak hari pertama kita diharuskan magang.. bahkan aku terus merindu kalian yang selalu tertawa aku merindukan kejombloan kita... mungkin rindu itu tak akan terbayar dengan pertemuan satu atau dua jam pertemuan.. setelah ini, aku akan selalu menantikan pernikahan selanjutnya.. dan ketika itu aku akan datang sepagi mungkin dan pulang paling terakhir.. hanya untuk melepas rindu... kawan, terbanglah sejauh mungkin, berkembanglah.. aku ingin melihat kalian menampakan diri sebagai bunga yang mekar dengan indahnya ditengah padang rumput luas.. terima kasih atas dua tahun penuh keceriaan.. terima kasih....

Kejutan Makan Malam

kejutaaan~~ malam ini kejutaaan makan malamku tinggal satu suap lagi tetiba dua makhluk Tuhan yang tanpa diundang datang. membawa 2 kantong penuh berisi 'cireng isi'. datang untuk menepati janji. datang untuk berbagi perjuangan memakan 'cireng isi'. datang untuk berbagi mabok cireng. datang untuk berbagi cerita cerita terbaru cerita masa lalu. obrolan ngalor-ngidul, kode-kode-an, sipu malu dalam tawaku.. terima kasih anak-anak yang datang kerumah ku.. terima kasih atas cemilan kenyangnya. terima kasih tawanya. terima kasih.. Terima kasih Fika dan Abang yang sudah datang

Sore dan Senja

kali ini sore hanya berteman dengan angin. tanpa hujan, apalagi terik matahari sisa siang tadi.. sore layaknya soreku dulu, sore saat aku masih senang berlari-lari tanpa rasa gelisah. maka pada akhirnya senja akan berwarna semestinya, warna jingga wortel bersih. senja kini aku berdoa, supaya kau juga sempat melihat senja di sela-sela kesibukanmu, barangkali jingganya mengangkat seluruh kelelahanmu seharian ini. selamat sore...

Hidup Kita

Pelataran rumah mungil nan sederhana. Rumput hujau membentang bak permadani. Pohon besar nan rindang. Disitu tempat kita bertemu. Berlari mengejar capung, membiarkan layangan terbang tinggi. Berbaring diatas rumput sambil menatap awan bergerak. Kau tahu? Pohon itu dinamakan “Pohon Keluarga”.. Konon katanya, bagi mereka yang sering menghabiskan waktu bersama di bawah pohon itu kelak menjadi keluarga yang utuh. Sesaat cerita itu dituturkan, anganku mulai berlari kearahmu. Menyentuh mimpi-mimpi yang dibawa angin sore itu. Aku ingin bersamamu. Entahlah. Apa mungkin kau pendampingku? Tapi satu alasan untuk terus bersamamu, Kita pernah berjanji untuk terus bersama. Dan bukankah janji dibuat, untuk di tepati?

Aku Bukan Mereka

Aku bukan mereka.. Mereka yang senang berpose di depan kamera, baik sendiri maupun beramai-ramai. Mereka yang dengan senang hati berjalan menyusuri pusat perbelanjaan setiap minggu. Mereka yang senang makan-makanan buatan orang lain di restoran-restoran bergensi. Makan makanan unik dari berbagai macam negara. Mereka yang selalu terdengar ucapannya. Mereka yang selalu mengutarakan perasaannya. Aku hanya gadis biasa. Punya mimpi yang ingin dicapai. Terlalu jujur, sehingga lebih sering ketahuan boroknya. Alergi akan sesuatu yang menyentuh dan mengharukan. Terlalu mudah mengikuti teman. Terlalu baik, tapi lebih sering disalip. Sering tak sadar kemampuan. Mudah sekali terkesan. Ah, aku terlalu mudah ditebak dan dikenali. Lewat tulisan ini misalnya….

Kita, Mari mencari

Biarkan asa melambung jauh, Kau takkan tahu kemana jatuhnya. Tapi ku pastikan usahamu cukup kuat untuk melambungkannya. Karena hanya yang kuat, yang akan mampu melambungkan sesuai tempat yang seharusnya. Jika tak bisa melambung, Cobalah saja menyusuri tanah Tuhan yang kaya nan kuat. Barangkali  pada sebuah atau beberapa galian kau menemukan sesuatu Atau kau temukannya tanpa galian, itu berkat Tuhan. Jika tak mampu juga menggali, kau bisa coba berenang. Mungkin mencari hal yang perlu dicari. Mungkin menyenangkan hati sambil melakukan sesuatu untuk orang lain Tak, tak satupun dari kita yang tak punya arti. Tuhan baik, baik sekali… Ia memberikan setiap bagiannya pada sel-sel tubuh kita. Kasih sayang, keberanian, kekuatan. Tuhan, terima kasih.. Kita, mari mencari…

Senja Warna Kunyit

Senja datang bersamaan dengan hujan.. Rasa syukur karena menemukan bau tanah basah.. Sendu menemukan teman.. Rindu bersama langit berwarna kunyit mengejar teduh.. Sampaikan kabarku, kawan. Mulai kini aku takkan ada lagi, Takkan lagi padanya ku taruh harapan Aku akan mulai kembali, sendiri.. Aku cukupkan soreku bersama penyair-penyair sendu Aku cukupkan senjaku bersama hujan Aku cukupkan malamku bersama pendar kunang-kunang Aku cukupkan hidupku bersama Tuhan. Pada langit berwarna kunyit, aku mulai berdoa.. Semoga hujan menyukai keadaan saat mereka perlahan bejatuhan.. Semoga ia bangga menjadi tetes dan titik hujan..

Penantian Sore

Terik masih saja menemani, padahal sore sudah siap sedia di sini. Tapi riuh angin masih ramai disini, disahut oleh siul-siulan mereka yang sedang senggang. Anginnya menyamarkan luka, membenamkan duka. Terpaannya menimbulkan kesejukkan mendalam. Tuan, aku titip angin sore untukmu, untuk bisikkan kerinduan yang terus berdendang. Tuan, kembali lah saat kau selesai, ketika seluruh perasaanmu kembali mengingatku. Tuan, mungkin kau sedikit tersesat, tapi nanti kau tahu, akulah yang paling sabar menunggu. Menunggu sore datang di setiap hari.. Menunggu angin membawamu kembali.. Kembali kepelukan, Puan kekasih hati...

Ingatkan Janjiku

Aku sudah berjanji untuk memberikan kesan baik ke semua orang. Aku sudah berjanji juga untuk memberikan senyum termanisku untuk mereka yang berpapasan denganku. Aku sudah berjanji untuk melakukan hal-hal baik kepada orang lain. Sudah, aku sudah berjanji. Aku sudah berjanji dan aku tak perlu balasannya. Jika kau membalas dengan baik, aku terima dengan tangan terbuka. Jika tidak, aku meyakini orang lain yang akan membalasnya. Ya, seharusnya aku tak memikirkan kembalinya. Cukup saja melakukan yang terbaik. Seperti pohon-pohon yang rela terpanggang panas matahari demi memberi teduh. Sering kali menjadi payung saat hujan kecil meriuh. “Ya, Allah… Ingatkan selalu aku untuk ikhlas dan bersyukur…”

Kesendirian Ku

Saat itu kau berdiri menatap lembayung senja. Aku disampingmu menantimu bicara. Apapun itu. Tapi yang ku dengar hanya suara nafas beratmu. Saat itu aku mulai memelukmu, merengkuhmu. Kau hanya memegang lenganku. Tersenyum tipis. Aku menangis, aku tersedu. Kau masih tak bicara. Kau masih diam. Kau melepaskan pelukkanku. Kau menatap mataku. Lekat. Dekat. Lalu kau dekap aku. Dalam dekapmu aku mendengar detak jantungmu.. Ketika itu kau bisikkan di telingaku….. “aku mencintaimu, maafkan aku…” Ku tersadar dari lamunan.. Aku hanya terpejam di atas pasir putih pantai.. Saat itu aku mulai tersedu dalam kesendirianku..

Harus Bersyukur

Beberapa teman sering bicara soal orangtua mereka. Lebih spesifiknya tentang rasa kasih sayang orangtua mereka, yang sebetulnya hal pasti dirasakan semua orangtua, hanya tak semua melakukannya. Termasuk golongan yang tidak melakukannya adalah orangtuaku. Entah kenapa, tapi aku bersyukur mereka tak melakukannya. Aku bisa jadi anak paling cengeng kalau orangtuaku selalu melakukannya. Aku tak sungguh paham tentang perasaan kedua orangtuaku (yang disini). Mereka memang tak terbiasa memperlihatkan rasa sayangnya. Sebagian aku paham dengan sendirinya, sebagian lagi aku menerka-nerka saja. Meskipun intinya tetap sayang, tapi ada bagian yang hilang saja. Aku sangat mengerti perhatian keluarga (yang disana) kepadaku, yang tak pernah padam. Takkan pernah sejak dahulu, saat pertama aku meninggalkan mereka. Bahkan alm. Ayah kandungku, aku tahu dan paham betul rasa sayangnya padaku. Kasih sayang Umi yang super. Tapi tetap aku merasa kurang sesuatu. Tapi aku bersyukur dengan keadaan ini

Introspeksi

" Maybe I annoy you, with my choices Well you annoy me sometimes too with your voices..... " Mungkin itu lirik lagu pas banget sama gue. Entahlah, rasanya aku terlalu bawel, bawel yang nggak penting. Kalau kata pepatah "Tong kosong nyaring bunyinya.." Bawel sana sini, tapi otaknya nggak ada isinya. Niatnya bukan mau menjelekkan diri sendiri sih, cuma kadang mikir, kok nggak banyak yang peduli sama kehadiran gue. Yaaa, jelas gue harus introspeksi lah. Dan gue rasa karena gue terlalu banyak omong, jadi orang udah keburu males ngomong sama gue. Alasan lainnya mungkin karena gue nggak cukup pintar buat mereka ajak bicara. Hal ini bukan untuk berprasangka buruk, aku harap dengan ini bisa membuatku jadi lebih baik dari sebelumnya. 

Rindu Tengah Hari

Aku menyajikan rindu di siang bolong, rindu berdendang menemani keringat yang mengucur. Tak laku. Rindu ini lebih laku ketika hujan menyapa. Mungkin karena rindu layaknya semangkuk bakso super pedas, jadi penghangat dikala hujan. Sedangkan dalam terik ini, rasanya keceriaan seorang kekasih lebih laku dipasaran. Atau mungkin untuk yang single, mencaci, menjahili sesamanya lebih menyenangkan. Ah tapi yang paling laris adalah mimpi di siang bolong yang penuh keringat. Aku menarik kembali rinduku. yang pertama untuk menjaga hati, yang lainya, untuk mecegah kegerahan yang terlalu Ah, akhirnya aku lebih senang es krim dengan banyak susu coklat. Atau mungkin yang lebih sehat, seperti buah pepaya yang di bekukan. Ah, lebih mudah lagi mendapatkan air dingin yang mengagetkan syaraf-syaraf.....

Pengalaman Pertama

Rasanya semua pasti merasakan perasaan gerogi saat akan mengahadapi segala sesuatu yang dilakukan untuk pertama kali. Seperti saat pertama kali masuk sekolah, pasti ada perasaan takut memasuki lingkungan baru. Hari pertama ujian, apapun ujiannya, ujian sekolah, ujian nasional, ujian praktek, apapun itu. Pertama kali masuk kuliah, perasaan takut tak memiliki teman, perasaan takut dilihat aneh. Segala macam rasa takut meliputi. Dan untukku pribadi, yang paling menegangkan menurutku adalah saat kali pertama interview untuk melamar pekerjaan. Banyak hal yang ku takutkan. Karena saat kuliah banyak antisipasi dari para dosen, banyak hal yang harus di perhatikan. Pakaian, make-up wajah, cara bicara, sopan santun. Banyak sekali. Takut salah bicara, takut ada yang salah.  Dan baru saja aku melewati interview di salah satu RS di sekitaran rumahku. Perasaan campur aduk. Was-was. Tapi sebagian hati yakin.  Semoga saja, dalam waktu dekat mendapatkan kabar yang terbaik. Semoga.

Lemariku

Kali ini rasanya aku baru terpikir untuk membicarakan tentang lemari pakaian yang ada di sudut kamarku.  Ada apa dengan lemari ku? Apa yang istimewa? Setiap akan mengambil baju, aku selalu menyempatkan diri untuk diam sejenak di depan lemari kesayanganku itu. Ada beberapa foto yang memang sengaja ku pasang di pintu lemari. Sengaja karena aku senang mengoleksi foto, tapi memang tak semua foto ku pajang disana. Tapi cukup untuk membuat tersenyum dan memberi semangat setiap harinya. Cukup memberikan kerinduan mendalam. Ada beberapa foto yang ku pasang disana. Foto dari temanku, Adel  dan Kakak kelasku, Teh Sayyi yang super baik sekali, yang mengucapkan selamat pada ulang tahunku yang ke 16. Foto selanjutnya, foto saat pengambilan raport terakhir di bangku SMP. Foto bersama teman-teman SMP. Foto dengan teman terdekat di kampus. Dan yang paling menyenangkan dan paling dirindukan saat melihat fotoku bersama teman-teman sekelas dari kelas Keuangan RS 2010  saat melakukan wisat

Semua Orang Berhak Bermimpi, kan?

Semua orang berhak dan berkewajiban untuk bermimpi, bahkan sejak belia. Mulai dari mimpi yang mungkin terwujud sampai mimpi yang mustahil (dalam nalar) untuk dicapai. Mulai dari mimpi yang besar sekali, hingga mimpi yang sangat sepele. Untuk anak kecil, mereka lebih sering bermimpi untuk menjadi sesuatu yang hebat. Tapi juga tak jarang yang bermimpi jadi penunjang pekerjaan orang lain. Misalnya ada saja yang ingin menjadi supir truk besar, ada yang ingin menjadi tukang sampah, dan beragam profesi lainnya yang menurut sebagian orang sepele dan cukup menjadi minoritas.  Tetapi semua yang menjadi harapan anak kecil selalu saja tulus dari hatinya, selalu hal yang memiliki maksud baik karena keluguannya. Misalnya lagi, anak yang ingin menjadi supir truk, karena orang tuanya seorang pengemudi truk dan berkat pekerjaan itu anak tersebut dapat tercukupi kebutuhannya, dan anak itu bangga akan hal itu. Contoh kedua, keinginan seorang anak untuk menjadi tukang sampah, dengan harapan dia akan

Aku Lega

Perangai kuyu berjalan lunglai. Dengan segenap tenaga dan napas terengah. Dugaan mencuat, barangkali sakit gigi, atau mungkin patah hati? Penawaran menjadi penghilang nyeri tak digubris. Lalu menampakkan wajah sehat bugar. Perangai gemulai mampir, menawarkan secuil obrolan singkat. dan.. BOOM!!!! Aku tak lagi lihat wajah kuyu itu.. Seakan diterpa angin, kini wajah gagah itu kembali berseri.. Fiuh, ternyata hatimu menemukan obat merah yang cocok. Bahkan tak perlu penghilang nyeri, hanya gemulai lembut itu yang kau butuhkan. Aku lega....

Maaf Ibu..

Maaf ibu, aku tak pernah bisa jadi teman baik ibu. Maaf, aku terlalu sering membantah omongan ibu. Maaf ibu, aku lebih senang mengacuhkan ibu daripada mendengarkan ucapan ibu. Maaf, aku suka malas membantu pekerjaan ibu yang sudah numpuk itu. Maaf ibu, aku terlalu banyak salah selama ini. Maaf ibu........

Anak Lelaki, Kebanggan Ibu dan Bapak

Teruntuk Adhi, Adikku tersayang, adikku yang paling pintar... Aku tahu, kamu adalah anak baik yang selalu memiliki kemampuan cemerlang. Walaupun kamu masih belum sadar kekuatan terbesarmu. Aku selalu percaya kamu adalah anak yang punya otak yang cemerlang dan selalu  mengerti apa yang dibicarakan setiap orang, bahkan saat terlelap. Sejak kamu kecil, aku selalu percaya bahwa kamu akan tumbuh menjadi anak yang penurut dan jujur. Sejak dalam kandungan, ibu selalu membacakan surat-surat Al-Qur'an untuk kesehatan juga sebagai pengharapan tentang kepribadianmu yang baik dikemudian hari. Sejak kecil, kamu bukan tipe bayi rewel yang sering menangis seperti kebanyakan bayi. Kehadiranmu di rumah menjadi hal yang menenangkan. Sejak dulu, Ibu selalu berkeinginan untuk merawatmu dengan tangannya sendiri, dan pada akhirnya itulah salah satu penyebab beliau keluar dari tempat kerjanya sebelum waktunya pensiun. Kehadiranmu dalam keluarga ini selalu dinanti-nantikan. Anak lelaki yang di

Dansa Kita

Lantunan lagu klasik menggema, langkah-langkah dansa terketuk di ruang hampa Ketukkannya terbangkan angan ke dimensi dongeng klasik. Liukkan gerakkan mengalur cerita cinta. Iringan menjelma rohnya. Lincahnya kau bergerak, Tarian tegas namun lembut Membawaku terhanyut pada setiap langkahnya Tetap memberi celah untuk ku ikuti dengan gemulai Di tengah ruangan kita berpagut Uluran tangan kita saling terkait Kita berdansa. Senyum terkembang, Tangan kita tetap terkait. Lantunan musik sampai di denting terakhir. Memisahkan lamunan kau dan aku di tempat yang berbeda....

Aku Sedih, Ibu Guru...

Aku banyak bertanya dalam hati, kapan negara ini maju? Kapan negara ini bisa menyeimbangkan kemajuan negara-negara keren di luar sana? Banyak para tetua sudah malas berpikir positif untuk negara ini. Menurut mereka, kemajuan hanya ada di angan-angan. Aku termasuk anak muda yang memiliki perasaan positif atas kemajuan negara ini. Aku punya keyakinan akan kemajuan negara ini. Tapi semangat itu luntur ketika melihat  keadaan yang ada di sekolah adikku, sekolah dasar yang dulunya juga tempat aku bersekolah.  Sekolah ini banyak berubah setelah aku keluar, 9 tahun yang lalu. Mulai dari gedung yang mulai mengalami perbaikan dan menjadi bagus, tata kelasnya, kepala sekolah yang silih berganti, hingga guru-guru yang mengajar. Sekarang, lebih banyak yang membuatku justru menjadi semakin sedih atas keadaan dunia pendidikan sekarang ini, terutama di sekolah itu.  Kebobrokkan manajemen.Etika yang... entah lah apa sebutan halusnya. Ketidakmampuan para pengajar dalam memberikan materi. Minim

Ibu Umi

Dia seorang wanita. Menantikan si jabang bayi hampir tujuhbelas tahun lamanya. Berbagai cara dilakukan. Dia seorang ibu, memiliki 4 anak. Akan tetapi harus merelakan anak bungsunya dirawat oleh orang lain. Dia bersyukur, mereka menyetujui peminjaman anak sebagai pancingan.  Dia berbesar hati berpisah dengan anak bungsunya. Dia menganggap anak itu layaknya anak sendiri. Dia merelakan berpisah bertahun-tahun dengan anak kesayangannya. Dia berusaha sekuat tenaga agar dapat menyekolahkan anak itu hingga tinggi. Dia selalu mencintai anak itu hingga kapanpun.  Dia tetap mencintai anak itu, meski bukan darah dagingnya, bahkan hingga bayinya sendiri lahir.  Mereka Wanita Hebat 

Jingga Senja Kita

Saat senja menjelma menjadi jingga manis, aku duduk di atas kayu kering itu, di hamparan pasir putih pantai bening yang menyegarkan. Okta, kau ingat perjumpaan kita? Ketika dunia maya meleburkan puisi-puisi cinta  yang terbentuk dari kata-kata kita. Kau ingat bagaimana kita bertatap muka? Ketika titik-titik hujan mulai turun dan tetes demi tetes kopi melewati tenggorokan kita. Pahit, manis, gurih, semua kita terima, bahkan jadi favorit kita. Okta, kini aku duduk ditemani semilir angin senja, wangi laut semerbak berebut memenuhi hidungku. Aku melukis indahnya dengan ingatanku yang ku tata dengan rapih di memori otak kananku. Saat menatanya, tiba-tiba lamunanku terbuyar karena satu panggilan, "Rani!" Ah, ya, Okta, belum sempat aku memperkenalkanmu dengannya. Dia Andi, calon suamiku. Aku tahu kau sebal karena aku tak memberitahu mu sejak awal. Aku memang tak pernah membawanya melihat senja seperti yang kita lakukan biasanya. Karena senja selalu spesial untuk kau dan aku

Selamat Datang Usia Dewasa

Umur 20 tahun merupakan gerbang kedewasaan, kata orang sih. Tapi memang, sama seperti usia 17, di usia 20 selalu saja memiliki cerita-cerita unik. Karena di umur ini anak-anak remaja tanggung (dibilang remaja sudah terlalu tua, tapi belum dapat dikatakan orang dewasa juga), antara excited karena mau memasuki umur kepala dua, di sisi lain enggan meninggalkan umur belasan.  Di usia ini biasanya mereka yang sedang melaksanakan studi di perguruan tinggi sedang menempuh masa-masa sulit di tahun-tahun terakhir perkuliahannya. Dan obrolannya tidak jauh-jauh dari jodoh dan masa depan untuk membangun sebuah keluarga. Dari sini mulai terbentuk mimpi-mimpi untuk masa depan. Keinginan memiliki pekerjaan yang hebat, melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, menginginkan perjalanan ke daerah-daerah eksotik baik dalam maupun luar negeri, mulai mengejar mimpi-mimpi yang tertunda, dan yang paling populer untuk dibicarakan di antara teman-temanku adalah jodoh dan pernikahan.  Setelah kema

Pasti Karena Jauh Dari-Mu

Amarah selalu saja menuntun kita ke jalan perbandingan. Perbandingan yang selalu merendahkan apa yang sudah kita miiliki. Perbandingan yang ujungnya menjadi sebuah perasaan kurang. Perasaan kurang yang berarti tidak bersyukur atas nikmat yang sudah tersedia.  Amarah, bisikkan dari penggoda manusia, yang selalu saja melingkupi manusia sejak lahir hingga akhir dunia. Tuhan, aku sebal, kenapa amarah selalu melingkupi ku? Aku kesal dengan segalanya. Nampaknya aku kurang mendekatkan diri padaMu, ya? Pasti karena aku sudah jarang khusyuk saat berbincang denganmu. Maafkan aku. 

Silaturahmi

Sejak beberapa bulan yang lalu aku pernah berjanji pada Tante Ina, orang tua Harith, temanku, untuk datang bermain ke rumahnya setelah menyelesaikan magang dan sidangku. Siang ini aku menepati janji itu. Tapi karena Harith nggak pulang ke rumah, jadilah aku bertemu Tante Ina di pusat perbelanjaan di daerah BSD. Alasannya karena transportasinya yang sulit, kalau Harith ada di rumah mungkin aku bisa di jemput menggunakan motor.  Awalnya aku berjanji untuk bertemu pukul sebelas siang, tapi nyatanya, aku kena macet. Sepanjang jalan yang biasanya aku lalui hanya dengan 30 menit, kali ini aku melewatinya selama 1,5 JAM. Menyebalkan! Dan hal ini membuat Tante Ina menunggu cukup lama, untungnya beliau orangnya santai saja. Bahkan ternyata beliau sudah sempat berbelanja baju sebelum aku datang, maklum ibu-ibu.  Setelah bertemu, aku banyak berincang. Tentang semua hal, kuliah, dunia kerja, keluarga, pribadi, semuanya. Menyenangkan. Seperti berbicara dengan teman, hanya saja aku lebih se