Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

Selamat Hari Kartini

Semoga aku masih bisa menjadi seorang ibu yang selama ini aku impikan :") Selamat hari Kartini. Semoga seluruh wanita di Indonesia semakin kuat menghadapi segala rintangan hidup, dan semakin lembut dalam menjaga anak-anak mereka.

Hujan dan Rindu

Hujan hari ini deras... Tidak seperti biasanya, aku hanya menatapnya sambil berbaring, lalu seketika tertidur. Setelah berhenti, aku menemukan titik-titik rindu di sisa-sisa hujan yang terpampang di atas daun. Kau tahu, hujan selalu membuatku menemukan rindu-rindu yang sejak lama ku simpan, bahkan ku sembunyikan. Rindu yang selalu menjadi asa di tengah kehampaan ruang kedap udara.
Urusan cinta memang paling rumit. Entah karena rasa malu atas predikat jomblo atau memang sudah terlanjur cinta. Kawan baru saja bercerita, tentang kisah cinta terlarang nya. Ya, memang itu hanya pandangan dari ku saja, dari idealisnya mindset ku tentang percintaan.  Mungkin bosan dengan kesendirian. Barangkali ingin mencoba untuk membuktikan kesetiaan menanti. Tapi, disisi lain, bergandengan dengan gadis yang sudah memiliki pacar? Ya, walaupun pacarnya jauh dan tak ada status jelas, tetap saja namanya selingkuh. Pemanfaatan keadaan oleh si gadis. Barangkali, karena ingin kehadiran orang spesial. Atau merasa sepi karena jauh dari sang pujaan hati. Tetap saja itu tidak benar untuk menjadi alasan. Ketika pujaan hati datang, begitu saja meninggalkan pria baik yang menemani selama sang pujaan pergi.  Sadar, ya memang sadar dan memang diakui itu sebuah kesalahan. Tapi bimbang memang tak kunjung pergi. Biarlah dia temukan sendiri jalan terbaik. Semoga pendapatku yang terlalu idea

Kau. Tak Perlu Tahu

Kau. Berjuta kata terpikirkan, hanya lebih sulit menyatukannya jadi sebuah kalimat untuk menggambarkan dirimu. Entah mengapa. Apakah terlalu mudah menggambarkanmu atau terlalu sulit. Aku tak yakin pula apa yang seharusnya aku katakan tentangmu. Hanya ada senyum getir. Entah apa artinya.  Kau. Hidupku seakan ditarik mundur, mundur jauh kebelakang. Segala kebodohan kembali diputar dalam memori. Ketika itu kau duduk disampingku, setelah berjalan menyusuri gedung tua sebuah kampus di jakarta. Beberapa pemberianmu ku terima saat itu. Tentu saja dengan rasa suka cita. Setelah hari itu, *POFF* aku kehilangan jejakmu.  Kau. Kau tahu? Setelah hari itu, aku kehilangan akal sehatku. Mengapa? Bayangan-bayangan bodoh itu terlalu memabukkan.  Aku tersanjung, aku terlena, tentu saja itu terlalu cepat. Hatiku mencelos, serasa jantung ini benar-benar jatuh ke lantai, berdarah-darah. Kau. Kau tahu? Aku sungguh kehilangan akal. Tak habis pikir. Apa yang kulakukan selama ini? Apa yang k

Lihat Sekali Lagi

Kesunyian malam menambah syahdu malam sendu penuh rindu. Berharap kepergianmu bukan satu-satunya cara untukku mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Mengapa pula kau selalu saja hadir dalam bentuk mimpi indah yang memberikan kesan menyenangkan. Tentu saja menyenangkan hanya lewat mimpi dan menjadi kabur seiring kesadaran menghampiriku. Kesenjangan, menggerakkan permusuhan yang berujung pada caci maki dan iri. Aku memang akan menghindarkan ini, tapi hati lebih senang melakukannya, tanpa mengumbarnya. Tapi bukankah itu yang tak disukai Pencipta ku? Mencaci dalam hati, memendam rasa iri. Prasangka, selalu saja meresahkan. Menerka-nerka, tanpa bertanya, hanya berspekulasi tak puguh. Hingga menghasilkan presepsi sendiri yang lebih banyak tak benarnya. Lebih banyak kecewa karena yang terlihat semua tak sesuai dengan keinginan. Perasaan tak berharga, mungkin lebih tepat tak dihargai.. Menambah deretan rasa kecewa terhadap orang lain karena ekspektasi tak sesuai de
Seketika aku ingin kejadian itu lebih sering terjadi, saat kau datang dengan wajah datar. Menurut mereka, ucapan dan senyum mu adalah hal langka. Terlihat jelas, sangat jelas dari cara mu melihat sekeliling. caramu melihat kedalam ruangan saat kau berjalan melewati ruanganku.  Melihat senyum mu, rasanya ingin ku abadikan, sayangnya ingatanku tak cukup kuat untuk menyimpannya baik-baik. Dan rasanya Tuhan memang belum mengizinkanku mengenalmu dengan baik. Mungkin juga kau memang tak sungguh melihat aku yang duduk di ruangan itu.  Sampai jumpa lagi, sampai jumpa di lain kesempatan, sampai jumpa, kamu.....
aku hanya ingin percakapan sebelumnya, tak ujug-ujug kau tinggalkan begitu saja.. katakan sisa seluruhnya harus dikerjakan. kau malah melakukan yang lainnya meninggalkan dengan sisa tanggung yang tak mungkin diselesaikan..  kukira cukup, tapi ternyata kurang. sudahlah bagaimana pun, aku tetap anak nakal yang selalu mudah marah.
Mungkin, besok aku harus menulis. Aku mulai diserang sakit kepala. Entah karena kebanyakan tidur atau kurang tidur, aku tak terlalu suka menghitung jam tidurku. Atau mungkin juga kebanyakan makan, atau yang paling mungkin adalah stres menjelang akhir magang yang berarti TA harus segera mungkin selesai. Sudah, itu saja yang bisa ku sampaikan sekarang. Aku masih menerawang apa yang bisa kujadikan solusi untuk permasalahan yang sudah kuambil. Aku masih menerawang, sudah semakin bosan didepan laptop. Tapi waktu terus berjalan....... TUJUANMU APA? APA YANG KAU LAKUKAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN? SUDAH MEMULAINYA ATAU BELUM??!!!!!!
Memang sejak lama aku tak mempercayakan seluruh rahasia hidupku pada siapa pun. Bahkan kepada mereka yang merawatku atau orang tua sekalipun. Aku tak yakin apa alasannya, aku hanya tak hendak memberitahu mereka.  Barangkali karena terbiasa, terbiasa menyimpan sendiri saja. 

Janji

Perjanjian itu aku ikat kuat. Perjanjian antara diriku dengan masa depan.  Perjanjian untuk selalu memberi pelukkan kepada mereka, malaikat kecil yang akan Tuhan kirimkan jika Ia memang menghendakinya. Perjanjian untuk selalu memberikan pengertian yang membuat mereka mengerti maksud kasih sayangku. Perjanjian untuk memberi mereka pelajaran tentang Tuhan dengan lebih baik lagi. Perjanjian untuk memberikan hukuman yang logis atas kesalahan yang memang mereka lakukan. Perjanjian untuk tetap memasakkan makanan lezat dan sehat untuk keluarga kecilku.  Perjanjiaku dengan masa depan yang lain. Janjiku untuk membahagiakan mereka, keluargaku yang baru ku temui beberapa tahun terakhir ini, yang menghadirkanku dalam kehidupan ini, tetapi tak cukup waktu untuk merawatku dengan cintanya. Mungkin di masa depan waktuku merawat mereka. Janjiku memakmurkan mereka, tak perlu berlebihan, hanya agar mereka cukup. Tak lupa janjiku untuk memberikan biaya penuh untuk dia, adik kecil yang p

Masih Labil

Anak labil, label yang diberikan pada anak yang masih suka ikut-ikutan orang lain, yang masih mudah terpengaruh dengan kebiasaan orang lain, ingin seperti orang lain. Hal yang baru saja saya kemukakan hanya berdasar pengamatan saya saja, bukan definisi sesungguhnya dari anak labil. Kalau bisa dibilang, gue adalah salah satunya. Mungkin ke-labil-an saya termasuk yang telat datangnya. Orang lain sibuk mencari mimpi untuk masa depannya sejak masih duduk di bangku sekolah, sehingga saat masuk dunia perkuliahan mereka sudah mantap ingin menjadi apa. Akan tetapi, pikiran saya terbuka baru akhir-akhir ini. Hal ini bukan berarti saya tidak memiliki impian saat duduk di sekolah dulu, hanya masih berpikir apa yang menyenangkan untuk dilakukan. Pekerjaan manis yang entah darimana memulainya. Akhir-akhir ini saya sering mengintip account twitter seseorang, dia penikmat pemandangan alam dari ketinggian, alias suka mendaki gunung sambil bawa kamera. Beberapa tweet terakhirnya dia memberika

Dia Anak Pertama, Dia Pratama

Pamulang, 5 April 2013 Hari ini, dua puluh satu tahun yang lalu, anak kebanggan dari pasangan Bapak Adam dan Ibu Wiwiet hadir ke dunia. Beribu doa dan ucap syukur keduanya dan kerabat terdekatnya. Kasih sayang dan kebebasan di dapatkan selama pertumbuhannya. Hingga membentuknya menjadi pria mandiri yang lebih senang menjadi pengamat daripada ikut langsung menjadi pemeran utama.  Kini, umur nya bertambah, waktu dalam hidupnya semakin berkurang. Tapi keberkahan selalu melingkupinya. Teruntuk Pratama Syawaludien Hadar, Selamat ulang tahun yang ke dua puluh satu tahun, kawan. Ulang tahun kali ini aku dan Nabila tidak bisa merayakan bersamamu, tapi kami takkan pernah lupa berdoa untuk kebaikan dan kebahagianmu, dimanapun kau berada. Semoga kau selalu diberikan kesehatan. Semoga orang-orang yang kau temui disana adalah orang-orang baik yang nantinya akan dapat membantumu. Semoga rasa syukur selalu melingkupimu hingga rasa cukup dan bahagia selalu ada dalam dirimu

Jangan Salahkan Mereka

Merasa disakiti? Dikecewakan? Diremehkan? Tidak digubris? Jangan salahkan mereka jika kalian tersakiti, karena kalian mempersilahkan mereka untuk menyakitimu.  Jangan salahkan mereka jika kalian dikecewakan, karena kalian yang mengizinkan mereka mengecewakan kalian. Jangan salahkan mereka jika kalian diremehkan, karena kalian sendiri mengganggap diri kalian remeh atau sikap dan penampilan kalian yang membuat mereka meremehkan kalian.  Jangan salahkan mereka jika kalian tidak digubris, karena kalian terlalu banyak bicara yang tak penting. Mungkin jalan yang terbaik adalah introspeksi diri.  Sabar yah kamu yang merasa iri karena melihat ayah dan anaknya yang terlihat sangat dekat dan terlihat harmonis. Sabar, keluargamu pasti lebih baik. Apapun yang terjadi, keluargamu akan memberikan kebahagiaan dengan caranya masing-masing.........