aku harap saaat kamu pergi, aku hanya cukup melambaikan tangan dengan ringan.
kau juga berharap, tetap bisa melangkah tanpa terseok saat menjauh dari tempatku berdiri.
perlahan punggung dan ranselmu hilang dari pandangan.
seketika ku temukan kesepian di beranda rumah. juga di ruang tamu. bahkan di dapur.
beranda bersama senja menemukan kesepian menatap jingga
ruang tamu bersama sunyi menemukan kesepian yang mendendangkan nyanyian sendu.
dapur mengebulkan asap-asap hitam sisa pembakaran yang perlahan menyelubung sang sepi.
lalu sepi mulai mengitari seisi rumah dengan sunyi.
aku bahkan tak menemukan sedikit sunggingan senyum di pelataran hijau, apalagi gelak tawa yang memabahana.
pohon seakan kuyu berteman dengan sepi.
"sampai kapan kau tinggal?" tanyaku pada sepi.
tapi hanya sunyi yang mendengung..
Tuan, kau yakin tak ingin mengalahkan sepi di rumah ini? dia sudah telalu berkuasa.
sudah berani berlalu lalang, lalu menemukan tempat persembunyianku (yang dulunya) tempat bersamamu.
kau tak ingin mengalahkannya? untukku?
tapi ternyata kau lebih senang menetap di tempat ramai disana. kau bilang disana sepi tak kunjung datang, kau bebas bersembunyi dari sepi. bebas terjaga setiap waktu tanpa rasa lelah..
tapi aku dan kesepian akan selalu menantimu ketika kau lelah terjaga.
pelataran rumah dan beranda akan senang sekali menyambutmu untuk mengusir kesepian.
dapur akan menebarkan wangi harum masakkan lezat yang siap kau santap.
jika kau telah lelah, pulanglah...
aku dan kesepian selalu menunggu.....
Komentar
Posting Komentar