Langsung ke konten utama

Surat Untuk Bima

Teruntuk, Bima Amartha Putra 

Selalu saja keadaan buruk seperti ini yang memaksaku untuk ingat masa lalu.
Yang aku ingat, kau suka bernyanyi. Sama sepertiku. Hanya saja kemampuan dan keberanianmu lebih besar ketimbang aku. Dengan gitar kau berdendang tanpa ragu. Aku hanya ikut bersenandung “hmm”.

Sepengingatanku, kau pernah jadi pacar temanku. Hubungan yang berlangsung cukup lama dan banyak hal yang terjadi antara kau dan temanku. Putus-nyambung, selalu jadi bumbu.
Kau adalah salah satu sahabat dari orang yang pernah cukup dekat dengan ku (sebut saja “mantanku”). Kau mengenalnya lebih dulu daripada aku. Mungkin sebab itu juga kita bisa berteman.

Yang aku pernah ingat, tak jarang kita semua bermain di luar jam sekolah. Hanya sekedar nongkrong ala anak abg. Sesekali mengabadikannya lewat foto-foto yang jika dilihat sekarang akan membuat kita berkata, “iuuuuhhh, ini kita dulu?”
Kini kau sedang berjuang. Aku tahu kau sedang berjuang. Aku tak pernah cukup dekat untuk mengenalmu, tapi keadaan ini selalu saja membuatku ingat-ingat seperti apa hubungan pertemanan kita dahulu. Aku sempat sebal karena kau terlalu banyak teman, aku merasa di lupakan. Tapi aku tahu kau masih ingat padaku.

Terakhir aku berbincang denganmu? Aku tak ingat. Tapi saat itu kau yang menyapaku. Ah, keadaan seperti ini selalu membuatku berpikir keras hal baik apa saja yang sudah pernah kau lakukan. Entahlah, seakan waktu yang sempit, aku selalu percaya, ini waktunya terus berbuat baik.

Kini kau sedang ada dimana? aku tak temukan gingsul dari senyummu. Aku tak temukan tawamu. Aku tak temukan banyolan konyolmu. Aku tak temukan suara merdumu. Kau sedang dimana? Apakah tempat itu begitu nyamannya sehingga kau enggan kembali kepelukan kami teman-temanmu? Tak inginkah kau kembali menyanyi untuk kami?
Kau tahu? Alunan suara merdumu masih terngiang di telingaku. Padahal sudah hampir 8 tahun aku tak mendengarkan suaramu.

Tapi kini tak ada yang bisa aku lakukan selain berdoa untukmu. Kuasa Tuhan yang campur tangan sekarang. Aku berdoa pada Tuhan, agar kau dapatkan yang terbaik. Meski aku masih berharap kau pulih..
Cepat kembali, Bim....
Atau kau hendak pulang??

tulisan diatas kubuat setelah pulang menjengukmu untuk yang pertama dan terakhir. pertemuan yang membuatku bercucur air mata melihat kondisimu. penyesalan melingkupiku. tak sempat aku bercakap, tak sempat aku melihat senyummu yang sejak dulu jadi penggoda wanita. ha! kau memang selalu mudah menggoda wanita (sepengingatanku). apalagi dengan suara lembutmu yang merdu. ah wanita mana tak terkesima. 

ternyata kau memang hendak pulang. pulang ke tempat yang seharusnya. 

kesedihan benar-benar berada disekelilingku. terlalu mendalam. aku sempat sebal denganmu karena membuat sahabatku lebih memilih bersamamu ketimbang bermain bersamaku. tapi keadaan sekarang berbeda, rasanya banyak yang dapat kurindukan darimu, sampai aku tak mampu menjelaskan apa saja yang kurindukan darimu. 

Bim, bagaimana rasanya disana? sakitnya hilang semua, ya? apakah disana sejuk? pasti kau tak henti bernyanyi disana....

Bim, kami rindu. belum genap sehari kami sudah merindukanmu. inikah rasa kehilangan atas hal yang disia-siakan? maafkan aku yang telah lama tak bersua denganmu. maafkan aku jika aku sempat berpikir yang tidak baik padamu. 

selamat jalan dengan tenang, Bima... kami semua menyayangimu.......

Bima Amartha Putra
14 Agustus 1992 - 03 Maret 2014

If I die young, bury me in satin
Lay me down on a bed of roses
Sink me in the river at dawn
Send me away with the words of a love song

Lord make me a rainbow, I'll shine down on my mother
She'll know I'm safe with you when she stands under my colors, oh
And life ain't always what you think it ought  to be, no
Ain't even grey, but she buries her baby..

The sharp knife of a short life, oh well
I've had just enough time...

A penny for my thought, I'll sell 'em for a dollar
They're worth so much more after I'm a goner
And maybe then you'll hear the words I been singin'
Funny when you're dead how people start listenin'

If I die young by The Band Perry

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan (lagi)...

kembali kau bersenda gurau riang. kembali saling mencela. ah betapa senangnya aku melihat wujudmu kembali, setelah hampir sebulan atau dua bulan tak saling jumpa. bahkan, aku memberimu sesuap kue penuh krim itu. hingga mulutmu belepotan oleh krim putih.. rambutmu sudah rapi. terlihat seperti Elvis Presley hihi. sedari sore hari aku harap-harap cemas, apakah benar-benar akan bertemu dengan mu. tapi kau di situ. memang bukan menungguku, tapi kau di situ. tertawa, bergurau, mengeluarkan celoteh-celoteh jenaka yang konyol, bodoh. tapi aku suka :) ah, senang, kau masih seperti biasanya. riang - gembira, penuh kelakar tak berujung. tetap wangi seperti biasanya. tetap rapi seperti biasanya ... semoga waktu bisa mempertemukan kau dan aku kembali yaa.. ceritamu belum lengkap, tuh... selamat malam, Double R

Pergi ke Makassar

Negara seribu pulau adalah salah satu sebutan untuk Indonesia. Memang, karena saking banyaknya pulau yang dimiliki oleh Indonesia. Banyak turis datang untuk berkeliling dan mencari surga-surga tersembunyi di pulau-pulau kecil negara ini. Aku iri. Aku sebagai orang Indonesia justru belum punya kesempatan untuk berkeliling di negeri sendiri. Awal tahun ini, aku bertemu dengan sahabatku, membicarakan impian-impian yang ingin kami capai. Ohya, teman yang satu ini adalah salah satu teman yang selalu memberikan aku semangat untuk terus bermimpi. Bermimpi setinggi-tingginya. Selanjutnya aku melanjutkan perjuangan-perjuangan yang memang harus aku lalui, kadang tak setangguh saat aku memimpikannya. Aku rasa  seringkali aku kurang memaksakan diri untuk hal-hal baik. Semoga belum terlambat untuk mengejar mimpi-mimpi itu. Percakapan semakin seru saat kami membicarakan penulis  dan penyair favorit kami, Aan  Mansyur. Ia berdomisili di bagian timur negara ini, tepatnya di Kota...