Terik masih saja menemani, padahal sore sudah siap sedia di sini.
Tapi riuh angin masih ramai disini, disahut oleh siul-siulan mereka yang sedang senggang.
Anginnya menyamarkan luka, membenamkan duka.
Terpaannya menimbulkan kesejukkan mendalam.
Tuan, aku titip angin sore untukmu, untuk bisikkan kerinduan yang terus berdendang.
Tuan, kembali lah saat kau selesai, ketika seluruh perasaanmu kembali mengingatku.
Tuan, mungkin kau sedikit tersesat, tapi nanti kau tahu, akulah yang paling sabar menunggu.
Menunggu sore datang di setiap hari..
Menunggu angin membawamu kembali..
Kembali kepelukan, Puan kekasih hati...
Tapi riuh angin masih ramai disini, disahut oleh siul-siulan mereka yang sedang senggang.
Anginnya menyamarkan luka, membenamkan duka.
Terpaannya menimbulkan kesejukkan mendalam.
Tuan, aku titip angin sore untukmu, untuk bisikkan kerinduan yang terus berdendang.
Tuan, kembali lah saat kau selesai, ketika seluruh perasaanmu kembali mengingatku.
Tuan, mungkin kau sedikit tersesat, tapi nanti kau tahu, akulah yang paling sabar menunggu.
Menunggu sore datang di setiap hari..
Menunggu angin membawamu kembali..
Kembali kepelukan, Puan kekasih hati...
Komentar
Posting Komentar