Langsung ke konten utama

Lagi-Lagi Tentang Mu.....

Setiap menulis, selalu saja tertuju padamu.
Barangkali kau bisa menyebutku orang yang obsesif, hanya karena aku yang tak henti membicarakan tentang mu. Tapi kau tahu? Aku sebenarnya pengintai, sama seperti kamera pengintai yang berada di tempat-tempat tersembunyi. Kau takkan tahu jika kau tak benar-benar mengamatinya.

Tetapi rasanya akan lebih sopan jika kau sebut aku sebagai penggemar rahasia. Aku tak sungguh-sungguh mengintaimu seperti para detektif di film-film action yang seru itu. Aku juga bukan seorang yang obsesif, ya paling tidak obsesif seperti dalam bayanganku. Yang akan menggelendoti orang yang disukai, berlaku centil dan mencari perhatian yang berlebihan kepada orang tersebut.

Aku lebih senang menyimpannya sendiri, kau tau? Seperti cinta yang terpendam. Tapi ku harap aku tak gila karena itu. Banyak omongan orang yang bilang bahwa kau akan gila apabila menyimpan cinta hanya sendiri, dalam waktu yang lama. Nyatanya, aku betah saja mengagumi mu hanya dalam hati, diam saja, hingga bertahun-tahun lamanya. Bodoh ya? Tak mengapalah, toh sepengetahuanku tak ada yang menantiku.

Beberapa orang bertanya padaku, sampai kapan aku akan mempertahankan semuanya?

Aku? Mempertahankan apa? Rasa sayang? Rasa kagum? Rasa cinta? Lebih baik aku masih merasakan cinta daripada tak punya perasaan sama sekali bukan?

Kata orang, rasa cintaku hanya menyakiti diriku. Itu karena kenyataan kau sudah berjalan dengan gadis lain, tapi tak bolehkah aku tetap mengagumimu? Toh aku sampai sekarang tak mengganggu hubunganmu, bukan? 



Tapi aku berjanji, akan melupakan perasaanku padamu ketika seseorang lain datang. Seseorang yang mencintaiku. Aku pernah baca kutipan, "Lebih baik bersama orang yang mencintaimu daripada bersama orang yang kau cintai.", rasanya cukup untuk meyakinkanku untuk perlahan melepaskan rasa kagum yang berlebih ini...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

selamat pagi untuk bunga matahari

semenjak ditinggal olehmu, aku jadi lebih senang menghitung dan mengingat tanggal. aku ingat kapan kamu pergi, kapan kamu terakhir menghubungiku. tapi maaf, soal ulang tahunmu aku masih mengandalkan pengingat di facebook karena dekat ulang tahunmu banyak orang juga yang berulang tahun, jadi aku sering keliru. aku tetap manusia, kan? jadi bagaimana kabarmu? masih betah di persembunyian? atau masih senang menjelajahi negeri indah dengan sepeda-sepeda antik mu? menghirupi udara segar setiap hari. aku sering kali ingin menemanimu. tapi aku tak mampu. aku bisa apa? aku ingin dengar cerita-ceritamu, tapi tak selalu kau ceritakan, sekalipun aku memintanya. aku bisa apa? kamu tahu, bunga matahari sudah tumbuh tinggi di depan jendela kamarku. cantik sekali. apalagi saat ia bersanding dengan matahari. semakin cerah. jadi, padanya kuucapkan salam pagiku setiap harinya. bunga itu yang dulu kamu tanam untukku. katamu, "paling tidak ada yang cerah ketika aku tak disamping...

Padang Rumput Sepi

Angin yang berhembus siang ini, menerpa wajahku yang menatap kosong rerumputan dari atas pohon ek tua. Kehadiranmu yang dulu menemaniku membaca, berbagi cerita, saat itu kita bersama. Berlarian menangkap belalang dan mengejar kupu-kupu yang sejenak menghinggapi bunga. Bermain air di aliran sungai jernih, melepas dahaga  Kapan kau kembali melakukan kesenangan itu lagi? Atau mungkin kau sudah temakan usia yang terlanjur dewasa Hingga tak lagi memiliki keinginan untuk bermain kejar-kejaran di padang rumput luas. Tak mengapa jika ku merindukan mu, bukan?  Biarlah aku bergelut dengan siksaan kerinduan ini,  biar aku yang merasakan acuhmu Karena ku tahu, itu memang sudah menjadi tabiatmu. Kerinduan ini benar-benar di provokasi oleh jarak. Sebelum ini toh aku masih senang saja kau berada jauh. Atau mungkin perasaan yang mulai berubah. Terserah lah. Apapun alasannya, selama aku memiliki buku, rasanya menanti mu takkan terasa sunyi, di p...

Surat Untuk Bima

Teruntuk, Bima Amartha Putra   Selalu saja keadaan buruk seperti ini yang memaksaku untuk ingat masa lalu. Yang aku ingat, kau suka bernyanyi. Sama sepertiku. Hanya saja kemampuan dan keberanianmu lebih besar ketimbang aku. Dengan gitar kau berdendang tanpa ragu. Aku hanya ikut bersenandung “hmm”. Sepengingatanku, kau pernah jadi pacar temanku. Hubungan yang berlangsung cukup lama dan banyak hal yang terjadi antara kau dan temanku. Putus-nyambung, selalu jadi bumbu. Kau adalah salah satu sahabat dari orang yang pernah cukup dekat dengan ku (sebut saja “mantanku”). Kau mengenalnya lebih dulu daripada aku. Mungkin sebab itu juga kita bisa berteman. Yang aku pernah ingat, tak jarang kita semua bermain di luar jam sekolah. Hanya sekedar nongkrong ala anak abg. Sesekali mengabadikannya lewat foto-foto yang jika dilihat sekarang akan membuat kita berkata, “iuuuuhhh, ini kita dulu?” Kini kau sedang berjuang. Aku tahu kau sedang berjuang. Aku tak pernah cukup dekat unt...