Saya adalah salah satu orang yang mudah teralihkan pikirannya. Mudah dimasuki pikiran-pikiran negatif. Jadi sebenarnya media sosial sangat tidak baik untuk perkembangan mental saya. Terkdang lagu-lagu juga sering membuat saya jatuh dalam ke-mellow-an.
Kini, ditengah kesibukkan mengurus tugas akhir untuk magang, aku menyempatkan diri untuk menulis. Alasannya karena sudah gemas ingin bercerita, wakau hanya lewat dunia maya, toh yang penting cerita.
Baru saja aku mendapat kabar kalau temanku yang baru beberapa bulan putus dengan kekasihnya, sudah kembali menjalin hubungan dengan orang yang baru lagi. Hmm, sedikit terasa ngenes. Kenapa? Haah ini jeleknya saya. Terkadang suka merasa iri terhadap kepunyaan orang lain. Lebih tepatnya sih ingin merasakan lagi yang namanya punya hubungan khusus dengan lawan jenis, yah pacaran lah.
Tapi keinginan kadang hanya menjadi keinginan semu, karena aku toh menyadari kalau hidupku masih tetap berjalan normal tanpa kehadiran orang khusus itu. Toh aku jadi terhindar dari hal yang dilarang oleh agama ku. Toh aku bisa merasakan nikmatnya kebebasan yang untuk bermain dengan siapa saja.
Tapi disisi lain aku merindukan perhatian, merindukan memperhatikan seseorang yang spesial. Hal ini juga yang membuatku rindu kepada teman-teman lawan jenis ku yang kuanggap dekat.
Dari kejadian yang sudah kuceritakan tentang temanku tadi, di salah satu sisi aku cemburu, begitu cepatnya ia mendapatkan cinta baru, sedangkan aku sudah bertahun-tahun sendiri masih saja sendiri. Apa karena dia fresh putusan, maksudnya orang yang baru putus, jadi masih bisa di percaya kemahirannya dalam berpacaran. *analogi macam apa ini* Sedangkan aku yang sudah lama sendiri, kemahiran dalam berpacaran sudah sangat diragukan. Hmm entah lah.
Tapi di sisi yang lainnya, di sisi warasnya, aku merasa aku beruntung masih memiliki teman-teman yang care, keluarga yang sayang padaku, kegiatan yang padat, rasanya itu sudah cukup untuk mengisi hari-hariku. Akupun masih bisa berdiri di kaki ku sendiri. Aku masih punya Tuhan untuk bergantung. Apa yang kurangku? Seharusnya itu sudah menjadi bekalku untuk tetap survive. Sedangkan di luar sana masih banyak orang kekurangan cinta, tak punya Tuhan untuk bergantung. Yang ku lakukan hanya mengingat sisi positif dari semua ini, sehingga semua terasa sangat wajar dan tak menyakitkan.....
Selamat malam,
Komentar
Posting Komentar