Langsung ke konten utama

Si Waras Merajuk ~

Sebenarnya apa yang kau cari? Tak cukup kehadiran teman-temanmu itu? Jangan salahkan mereka jika kau tak secemerlang mereka. Kau yang tak berusaha!

Tak cukup keluarga yang besar? Dua keluarga besar mencintaimu sebagaimana adanya dirimu. Tak cukup kah? Tak pernah kah kau membayangkan banyak mereka yang hidup tanpa keluarga, sendiri memeras keringat untuk menghidupi diri sendiri. Kau, hanya perlu belajar untuk membanggakan mereka, kau tak mampu?!! Anak macam apa kau ini?!?

Limpahan kasih sayang yang begitu besar, tak benar-benar kau syukuri. Kau terlalu sibuk untuk memberikan penilaian negatif terhadap mereka yang menyayangimu. Merasa mereka tak sempurna seperti apa yang kau inginkan. Apa harus sesuai keinginan mu, hah?! Apa kau pernah menuruti keinginan mereka? Mereka membebaskan mu untuk memilih jalanmu. Selalu merundungi mu dengan jutaan doa yang tulus. Salah kau yang tak cukup terbuka dan tak cukup berani untuk memeluk mereka?! Salah kau yang tak benar-benar  merasakan kasih sayang mereka. 

Bisakah kau belajar bersyukur mulai saat ini? Bisakah kau mulai menerima semuanya?
Aku sungguh marah melihat mu terus-terusan seperti ini. Merasa terasing, padahal kau sendiri yang mengasingkan diri. Berusahalah menerima dirimu sendiri, dengan begitu kau takkan merasa kesepian lagi. 

Tertanda, Aku, Si Waras

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Bima

Teruntuk, Bima Amartha Putra   Selalu saja keadaan buruk seperti ini yang memaksaku untuk ingat masa lalu. Yang aku ingat, kau suka bernyanyi. Sama sepertiku. Hanya saja kemampuan dan keberanianmu lebih besar ketimbang aku. Dengan gitar kau berdendang tanpa ragu. Aku hanya ikut bersenandung “hmm”. Sepengingatanku, kau pernah jadi pacar temanku. Hubungan yang berlangsung cukup lama dan banyak hal yang terjadi antara kau dan temanku. Putus-nyambung, selalu jadi bumbu. Kau adalah salah satu sahabat dari orang yang pernah cukup dekat dengan ku (sebut saja “mantanku”). Kau mengenalnya lebih dulu daripada aku. Mungkin sebab itu juga kita bisa berteman. Yang aku pernah ingat, tak jarang kita semua bermain di luar jam sekolah. Hanya sekedar nongkrong ala anak abg. Sesekali mengabadikannya lewat foto-foto yang jika dilihat sekarang akan membuat kita berkata, “iuuuuhhh, ini kita dulu?” Kini kau sedang berjuang. Aku tahu kau sedang berjuang. Aku tak pernah cukup dekat unt...

Umi..

Ku lihat Wanita paruh baya, sedang bersimpuh di hadapan-Mu. Meminta dengan khusyuk.  Ku lihat wajah sendu, dengan senyum tipis terkembang .  Umi, itulah panggilannya. Panggilan seorang untuk seorang ibu. Ibu yang rela berpisah dengan anak bungsunya demi membantu sepupu dari suaminya, bukan keluarga kandungnya.  Seorang istri yang setia, siap sedia menemani sang suami hingga akhir. Merawat, menemani. "Nining, jangan main-main keluar.", pinta Bapak saat itu. Dengan senang hati, Umi menyanggupinya. Istri yang selalu menyanggupi keinginan suaminya. "ning, saya mau sop daging bening." walau harus berjalan, dilakukan oleh Umi. Aku tak pernah mengerti cinta sejati, tapi cinta yang tulus bisa kulihat dari ibu kandung ku yang baru ku kenal baik beberapa bulan terakhir ini.  Umi, semoga uji bisa menjadi istri dan ibu seperti Umi kelak..

selamat pagi untuk bunga matahari

semenjak ditinggal olehmu, aku jadi lebih senang menghitung dan mengingat tanggal. aku ingat kapan kamu pergi, kapan kamu terakhir menghubungiku. tapi maaf, soal ulang tahunmu aku masih mengandalkan pengingat di facebook karena dekat ulang tahunmu banyak orang juga yang berulang tahun, jadi aku sering keliru. aku tetap manusia, kan? jadi bagaimana kabarmu? masih betah di persembunyian? atau masih senang menjelajahi negeri indah dengan sepeda-sepeda antik mu? menghirupi udara segar setiap hari. aku sering kali ingin menemanimu. tapi aku tak mampu. aku bisa apa? aku ingin dengar cerita-ceritamu, tapi tak selalu kau ceritakan, sekalipun aku memintanya. aku bisa apa? kamu tahu, bunga matahari sudah tumbuh tinggi di depan jendela kamarku. cantik sekali. apalagi saat ia bersanding dengan matahari. semakin cerah. jadi, padanya kuucapkan salam pagiku setiap harinya. bunga itu yang dulu kamu tanam untukku. katamu, "paling tidak ada yang cerah ketika aku tak disamping...