Langsung ke konten utama

Ketika Itu Putih-Biru

Ingatanku terbang ke enam tahun yang lalu.

Ketika itu, seragam putih -biru yang kita gunakan. Kau ingat, awalnya kita hanya teman sekelas yang tak pernah bertegur-sapa. Seiring berjalannya waktu, kita berteman. Kau menyukai gadis lain. Gadis itu cantik. Sungguh cantik. 

Tapi ternyata aku terpesona oleh mu, entah apa penyebabnya, entah suka dari sebelah mana. Teman-teman kita yang mempertemukan kita di salah satu titik. Itu yang membuat kita pernah bersama. 

Kau ingat? Saai itu seragam kita putih-biru. Kita masih piyik. Benar-benar piyik. Masih tak mengerti tujuan bersama, tapi sok tahu ingin bersama. Itu kita, kau ingat? 

Entah lah, tapi memang saat itu kau dan aku masih sangat bodoh. Kau yang mau saja membelikanku pulsa secara rutin, menelpon ku. Aku yang sungguh tergila-gila padamu, sampai tak tahu harus melakukan apa saat kau berada di sisiku, yang berujung kekesalan mu karena aku hanya diam tak bicara. 

Lalu, kita terpisah saat melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Ternyata hubungan kita tak hanya sampai situ, saat itu kau datang lagi. Mengajakku memulainya kembali. Aku masih saja bodoh. Aku masih saja menggilaimu. Ya, itu benar, aku menggilaimu. 

Sampai pada akhirnya kita benar-benar berpisah. Hingga sekarang. 
Boleh kah aku merindukan mu? Walau ada gadis cantik yang berada di samping mu sekarang. 
Tak apa kah jika aku masih menyayangimu? Walau memang tak seperti dahulu lagi, kali ini konteks keberadaanku berbeda.

Apakah aku pernah membuatmu marah? 
Mengapa kau selalu terkesan ketus padaku? Beberapa pesan ku pun tak kau gubris. 
Maafkan aku yang tak lagi bisa menyapamu. Aku tak lagi siap menerima keacuhanmu, apalagi ke ketusanmu.


Kau tahu, sejak dulu aku selalu membanggakan hubungan baik kita setelah kita berpisah. Ternyata tak seperti yang ku kira sebelumnya. Ku kira pertemanan kita bisa berlanjut. Kini kau lebih senang membatasi dirimu dariku. 




Abang, 
aku benar sungguh merindukan kau yang dulu. Tak perlu kau saat putih-biru itu, hanya butuh kau yang memberiku kejutan bersama mereka di hari ulang tahunku yang ke 17. Kau tahu, sekesal-kesalnya aku padamu, aku tak sampai hati untuk sungguh-sungguh membencimu. 




Tertanda, 

Yang pernah menjadi gadismu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Bima

Teruntuk, Bima Amartha Putra   Selalu saja keadaan buruk seperti ini yang memaksaku untuk ingat masa lalu. Yang aku ingat, kau suka bernyanyi. Sama sepertiku. Hanya saja kemampuan dan keberanianmu lebih besar ketimbang aku. Dengan gitar kau berdendang tanpa ragu. Aku hanya ikut bersenandung “hmm”. Sepengingatanku, kau pernah jadi pacar temanku. Hubungan yang berlangsung cukup lama dan banyak hal yang terjadi antara kau dan temanku. Putus-nyambung, selalu jadi bumbu. Kau adalah salah satu sahabat dari orang yang pernah cukup dekat dengan ku (sebut saja “mantanku”). Kau mengenalnya lebih dulu daripada aku. Mungkin sebab itu juga kita bisa berteman. Yang aku pernah ingat, tak jarang kita semua bermain di luar jam sekolah. Hanya sekedar nongkrong ala anak abg. Sesekali mengabadikannya lewat foto-foto yang jika dilihat sekarang akan membuat kita berkata, “iuuuuhhh, ini kita dulu?” Kini kau sedang berjuang. Aku tahu kau sedang berjuang. Aku tak pernah cukup dekat unt...

Pertemuan (lagi)...

kembali kau bersenda gurau riang. kembali saling mencela. ah betapa senangnya aku melihat wujudmu kembali, setelah hampir sebulan atau dua bulan tak saling jumpa. bahkan, aku memberimu sesuap kue penuh krim itu. hingga mulutmu belepotan oleh krim putih.. rambutmu sudah rapi. terlihat seperti Elvis Presley hihi. sedari sore hari aku harap-harap cemas, apakah benar-benar akan bertemu dengan mu. tapi kau di situ. memang bukan menungguku, tapi kau di situ. tertawa, bergurau, mengeluarkan celoteh-celoteh jenaka yang konyol, bodoh. tapi aku suka :) ah, senang, kau masih seperti biasanya. riang - gembira, penuh kelakar tak berujung. tetap wangi seperti biasanya. tetap rapi seperti biasanya ... semoga waktu bisa mempertemukan kau dan aku kembali yaa.. ceritamu belum lengkap, tuh... selamat malam, Double R

Pergi ke Makassar

Negara seribu pulau adalah salah satu sebutan untuk Indonesia. Memang, karena saking banyaknya pulau yang dimiliki oleh Indonesia. Banyak turis datang untuk berkeliling dan mencari surga-surga tersembunyi di pulau-pulau kecil negara ini. Aku iri. Aku sebagai orang Indonesia justru belum punya kesempatan untuk berkeliling di negeri sendiri. Awal tahun ini, aku bertemu dengan sahabatku, membicarakan impian-impian yang ingin kami capai. Ohya, teman yang satu ini adalah salah satu teman yang selalu memberikan aku semangat untuk terus bermimpi. Bermimpi setinggi-tingginya. Selanjutnya aku melanjutkan perjuangan-perjuangan yang memang harus aku lalui, kadang tak setangguh saat aku memimpikannya. Aku rasa  seringkali aku kurang memaksakan diri untuk hal-hal baik. Semoga belum terlambat untuk mengejar mimpi-mimpi itu. Percakapan semakin seru saat kami membicarakan penulis  dan penyair favorit kami, Aan  Mansyur. Ia berdomisili di bagian timur negara ini, tepatnya di Kota...