Langsung ke konten utama

Kabar dari Sahabat ~

Teruntuk Pria mandiri
Di manapun kau berada..


Hai, bagaimana  kabarmu beberapa minggu terakhir ini? Aku benar-benar tak mendengar kabarmu. Aku rindu, tahu. Hei, ku lihat kau sering sekali jalan-jalan. Nampaknya kuliahmu tak begitu membebanimu disana. Baguslah kau tak stress atau tertekan di negeri orang sana. 

Hei, kau tahu, Jakarta sedang banjir. Banyak daerah yang terkena banjir parah, ada yang hingga 4-5 meter. Kasihan korban banjirnya, banyak manula dan anak-anak. Anak-anak memang senang saat banjir, mereka merasa punya kolam berenang gratis. Tapi apa kau bisa bayangkan bagaimana efeknya setelah semua itu? Gatal-gatal akan menyerang kulit mereka. Hmm, apa iya sebegitu kurangnya taman bermain anak di Jakarta?  

Hei, tahukah kau, kemarin aku sebal sekali menonton televisi. Wartawan mewawancarai masyarakat yang sedang berada di sekitar Bundaran HI, wartawan itu menanyakan sedang apa mereka disana, ada ibu-ibu yang berkata "Pengen lihat saja mas, hitung-hitung hiburan gratis".. Aku benar-benar kesal atas omongan ibu-ibu itu. Banjir dianggap hiburan, jelas-jelas itu bencana! Ah aku hanya bisa berdoa untuk mereka, para korban banjir. Semoga keadaan cepat membaik. Seandainya kau di sini, kau hendak melakukan apa?

Hei, kau tak lupa pesan mama mu kan? Tak lupa beribadah dan membaca Al-Qur'an? sejak seminggu terakhir ini aku memikirkan mu. Entahlah mengapa, aku benar-benar merindukanmu. 


Kadang terlintas di pikiranku, kau akan memberikan kejutan saat aku wisuda nanti. Tapi kau terlalu cuek untuk memberikan kejutan manis semacam itu. 

Cepat pulang ya, 



Tertanda,
Penanti Sendu, Sahabatmu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Bima

Teruntuk, Bima Amartha Putra   Selalu saja keadaan buruk seperti ini yang memaksaku untuk ingat masa lalu. Yang aku ingat, kau suka bernyanyi. Sama sepertiku. Hanya saja kemampuan dan keberanianmu lebih besar ketimbang aku. Dengan gitar kau berdendang tanpa ragu. Aku hanya ikut bersenandung “hmm”. Sepengingatanku, kau pernah jadi pacar temanku. Hubungan yang berlangsung cukup lama dan banyak hal yang terjadi antara kau dan temanku. Putus-nyambung, selalu jadi bumbu. Kau adalah salah satu sahabat dari orang yang pernah cukup dekat dengan ku (sebut saja “mantanku”). Kau mengenalnya lebih dulu daripada aku. Mungkin sebab itu juga kita bisa berteman. Yang aku pernah ingat, tak jarang kita semua bermain di luar jam sekolah. Hanya sekedar nongkrong ala anak abg. Sesekali mengabadikannya lewat foto-foto yang jika dilihat sekarang akan membuat kita berkata, “iuuuuhhh, ini kita dulu?” Kini kau sedang berjuang. Aku tahu kau sedang berjuang. Aku tak pernah cukup dekat unt...

Pergi ke Makassar

Negara seribu pulau adalah salah satu sebutan untuk Indonesia. Memang, karena saking banyaknya pulau yang dimiliki oleh Indonesia. Banyak turis datang untuk berkeliling dan mencari surga-surga tersembunyi di pulau-pulau kecil negara ini. Aku iri. Aku sebagai orang Indonesia justru belum punya kesempatan untuk berkeliling di negeri sendiri. Awal tahun ini, aku bertemu dengan sahabatku, membicarakan impian-impian yang ingin kami capai. Ohya, teman yang satu ini adalah salah satu teman yang selalu memberikan aku semangat untuk terus bermimpi. Bermimpi setinggi-tingginya. Selanjutnya aku melanjutkan perjuangan-perjuangan yang memang harus aku lalui, kadang tak setangguh saat aku memimpikannya. Aku rasa  seringkali aku kurang memaksakan diri untuk hal-hal baik. Semoga belum terlambat untuk mengejar mimpi-mimpi itu. Percakapan semakin seru saat kami membicarakan penulis  dan penyair favorit kami, Aan  Mansyur. Ia berdomisili di bagian timur negara ini, tepatnya di Kota...

Aku Menyukai Keadaan Ini

Sore itu kau menemaniku berjalan. Bukan karena ingin, tapi terpaksa karena sepeda motor mu rusak dan harus menginap di bengkel. Kau berkata “Maaf ya, kamu jadi jalan begini gara-gara si Motty rusak” Ya, si Motty rusak. Aku hanya tersenyum simpul sambil mengeratkan genggaman tanganku padamu.. Aku senang berjalan di sore hari bersamamu. Langit jingga, menemani kita bergandengan. Angin menemani tawa kita. Aku senang, keadaan ini membuat kau dan aku berjalan bersisian sambil bergandeng,  bahkan kau bisa membisikkan kata-kata manis. Jadi, aku tak perlu berbicara dengan punggungmu atau mendengar suaramu berteriak. Aku menyukai keadaan ini. Membuat waktu terasa bermanfaat karena banyak hal yang bisa kita bicarakan tanpa harus merasa kebisingan karena bunyi mesin motor atau mobil yang saling salip. Aku menyukai keadaan ini. Membuatku tak harus mengkhawatirkan berat badanku karena makanan yang kita makan saat berkencan tadi, karena akan terbakar sejauh kita berjalan. Lelah? ...