Langsung ke konten utama

Berburu Nicholas Sparks

Coba kalian yang baca blog ini bisa dipastikan suka baca kan, soalnya kalau ngga suka baca buku kayaknya hampir ngga mungkin kalian baca blog gue. Kalian lagi baca buku apa dalam waktu dekat ini?

Kalau gue lagi baca buku Nicholas Sparks yang judulnya Bend in The Road. Gue seneng banget sama penulis ini. Berawal dari film A Walk to Remember, yang gue juga ngg tahu itu film dari tahun berapa, yang pasti itu film manis banget. Waktu duduk di bangku SMP, gue lupa waktu itu kelas berapa, temen gue menemukan buku dengan judul yang sama, tapi dengan bahasa Indonesia kalau ngga salah "Kan Ku Kenang Selalu". Lalu, gue meminjamnya, ternyata sama dengan filmnya. (Tapi gue ragu, gue baca bukunya dulu atau nonton filmnya dulu)

Setelah itu, aku sudah saja melupakannya. Saat duduk di bangku SMA, di televisi di putar ulang film tersebut yang membuatku menontonnya lagi. Huaa sejak itu aku mulai mencari-cari buku elektroniknya, karena beberapa kali aku mencari buku konvensionalnya di toko buku, tak pernah ketemu. Lama aku mencari akhirnya aku lupa.

Masuk kuliah aku bertemu dengan Kana, yang akhirnya menjadi teman ku selama 3 tahun di bangku kuliah. Dia suka baca, dan ternyata dia mempunyai buku Nicholas Sparks yang berjudul The Notebook. Setelah membacanya, dia juga berkata kalau buku itu juga di film kan. Selain suka membaca, dia ternyat suka juga nonton film. Dari kana gue juga tahu film The Last Song  yang ternyata film yang dibuat berdasarkan novel Om Nicho juga.

Sejak saat itu juga mulai pemburuan buku dimulai.

Karena tahu kalau gue suka Nicholas Sparks, Kana yang doyan ke toko buku ini ternyata beberapa kali iseng banget, doi memberi gue kejutan dengan membelikan gue bukunya Om Nicho. Yang pertama dia kasih buku yg judulnya Night In Rodanthe. Terus pas gue ulang tahun yang ke 19, yaitu pas tahun kedua gue di kampus dia ngasih yang judulnya The Choice.. haaaaaaaaa baik banget emang ini orang.. *semoga kalo doi baca ngg terbang terbang*

Kana juga memberi tahu saya tentang buku Om Nicho yang judulnya Dear John. Ternyata temannya yang punya, dan dengan senang hati akhirnya dipinjamkan kepada gue. Selain itu juga saya pernah meminjam buku yang judulnya The Last Song kepada teman saya yang berbeda jurusan. Entah karena malas membacanya atau bahasanya yang sulit (karena bahasa inggris), akhirnya gue kembalikan buku itu tanpa selesai membacanya. Toh saya sudah tahu ceritanya :p


Lalu, tanggal 9 kemarin, ada pesta buku murah di Istora Senayan, gue cus kesana bareng si Kana juga. (entah lah ya, bukan sengaja gue selalu cerita tentang ini bocah. Tapi lewan ini bocah gue mengenal banyak hal yang bisa gue ceritakan). Awalnya gue niat nyari buku Moammar Emka. Tapi ternyata gue malah nemu buku yang selama ini si Kana cari, Sisterhood of The Travelling Pants. Dia senang bukan main. Saat dia berusaha nyari sekuel buku tersebut, ternyata dia mala menemukan buku Nicholas Sparks yang sedang gue baca ini. Girang. Saat mencoba mencari judul yang lain, ternyata yang ada hanya judul The Notebook berbahasa Inggris, tapi tidak saya beli. Soalnya saya sudah membeli banyak buku hari itu.



Yang saya suka dari buku ini, ceritanya yang selalu manis. Pertemuan pria dan wanita, di waktu yang tepat, dipisahkan, semacam itu lah. Mellow, memang mellow banget, tapi kisahnya selalu romantis manis gimanaaa gitu. Mungkin kalau orang Indonesia yang bikin jadi film bakal kayak sinetron abis. haha


Sekian deh omongan tentang kisah gue yang suka banget sama bukunya Nicholas Sparks.. Mungkin bisa jadi refrensi untuk iseng-iseng cari buku. 

Terima kasih ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Bima

Teruntuk, Bima Amartha Putra   Selalu saja keadaan buruk seperti ini yang memaksaku untuk ingat masa lalu. Yang aku ingat, kau suka bernyanyi. Sama sepertiku. Hanya saja kemampuan dan keberanianmu lebih besar ketimbang aku. Dengan gitar kau berdendang tanpa ragu. Aku hanya ikut bersenandung “hmm”. Sepengingatanku, kau pernah jadi pacar temanku. Hubungan yang berlangsung cukup lama dan banyak hal yang terjadi antara kau dan temanku. Putus-nyambung, selalu jadi bumbu. Kau adalah salah satu sahabat dari orang yang pernah cukup dekat dengan ku (sebut saja “mantanku”). Kau mengenalnya lebih dulu daripada aku. Mungkin sebab itu juga kita bisa berteman. Yang aku pernah ingat, tak jarang kita semua bermain di luar jam sekolah. Hanya sekedar nongkrong ala anak abg. Sesekali mengabadikannya lewat foto-foto yang jika dilihat sekarang akan membuat kita berkata, “iuuuuhhh, ini kita dulu?” Kini kau sedang berjuang. Aku tahu kau sedang berjuang. Aku tak pernah cukup dekat unt...

Pertemuan (lagi)...

kembali kau bersenda gurau riang. kembali saling mencela. ah betapa senangnya aku melihat wujudmu kembali, setelah hampir sebulan atau dua bulan tak saling jumpa. bahkan, aku memberimu sesuap kue penuh krim itu. hingga mulutmu belepotan oleh krim putih.. rambutmu sudah rapi. terlihat seperti Elvis Presley hihi. sedari sore hari aku harap-harap cemas, apakah benar-benar akan bertemu dengan mu. tapi kau di situ. memang bukan menungguku, tapi kau di situ. tertawa, bergurau, mengeluarkan celoteh-celoteh jenaka yang konyol, bodoh. tapi aku suka :) ah, senang, kau masih seperti biasanya. riang - gembira, penuh kelakar tak berujung. tetap wangi seperti biasanya. tetap rapi seperti biasanya ... semoga waktu bisa mempertemukan kau dan aku kembali yaa.. ceritamu belum lengkap, tuh... selamat malam, Double R

Pergi ke Makassar

Negara seribu pulau adalah salah satu sebutan untuk Indonesia. Memang, karena saking banyaknya pulau yang dimiliki oleh Indonesia. Banyak turis datang untuk berkeliling dan mencari surga-surga tersembunyi di pulau-pulau kecil negara ini. Aku iri. Aku sebagai orang Indonesia justru belum punya kesempatan untuk berkeliling di negeri sendiri. Awal tahun ini, aku bertemu dengan sahabatku, membicarakan impian-impian yang ingin kami capai. Ohya, teman yang satu ini adalah salah satu teman yang selalu memberikan aku semangat untuk terus bermimpi. Bermimpi setinggi-tingginya. Selanjutnya aku melanjutkan perjuangan-perjuangan yang memang harus aku lalui, kadang tak setangguh saat aku memimpikannya. Aku rasa  seringkali aku kurang memaksakan diri untuk hal-hal baik. Semoga belum terlambat untuk mengejar mimpi-mimpi itu. Percakapan semakin seru saat kami membicarakan penulis  dan penyair favorit kami, Aan  Mansyur. Ia berdomisili di bagian timur negara ini, tepatnya di Kota...