Langsung ke konten utama

Beberapa Bulan Lalu


Hmm, tanggal 1 Januari 2013, ya 2013.

Satu bulan 3 hari dari sekarang, rutinitas selama ini akan berubah. Pendewasaan pun akan berlangsung. Tetapi yang aku tak tahu, apakah pendewasaan itu berlangsung dengan cara membangkitkan semangat atau akan sangat mengenaskan.

Sesaat, kenangan-kenangan beberapa bulan yang lalu sengaja berkeliling-keliling di ingatanku. Oh, ternyata aku sedang melamun, pantas saja mereka semua berbondong-bondong memasukki pikiranku.

Sejenak, gambar-gambar menyenangkan muncul..
ketika itu kami sedang tertawa, tertawa lepas. Diiringi genjrengan gitar, kami bersenandung, menyanyika lagu-lagu rindu. Sepoi dingin angin malam puncak mulai menguasai isi bus. Kali ini tak ada antrian kendaraan dalam perjalanan. Yang ada hanya gelak tawa dan lampu kilat dari kamera yang sedang menamkap kejadian hari itu.

Sampai tujuan. Kami segera merapikan semua barang bawaan, membagi kamar, dan bersih-bersih diri. Setelah itu sang penjaga Villa sudah menghidangan santapan yang hangat dan lezat. Hmm, itu kali pertamanya kami makan bersama, benar-benar bersama-sama. Karena lapar, makan kami sangat khidmat, hingga tak ada suara yang keluar dari mulut bawel kami. Walau sesekali ada celetukkan yang membuat kami tergelak. Lalu acara bebas kami mulai. Cekrak-cekrik kamera mengabadikan momen indah. Isak tangis saat menonton film drama. Keberisikan yang terjadi para gadis yang mencoba menari tarian girlband Korea. Konsentrasi sambil sumpah serapah di permainan Pokker. Semuanya di atap itu. 


Keesokkan harinya, ketika sang matahari masih malu menampakan diri, kami mulai berjalan kaki menuju bukit disekitar sana. Bukit kebun sayur mayur warga. Kami berpegang tangan, kami berjalan beriringan, bernyanyi bersama, menyapa warga, saling membantu satu sama lain saat memilih pijakkan untuk berjalan. Matahati benar-benar sudah menghangatkan badan, kami turun dan kembali ke Villa untuk sarapan.

Menuruni bukit
Hari kedua itu spesial. Spesial karena makan siang kami dilakukan dengan cara ngariung, menggunakan daun pisang. Hari itu juga kami melakukan games-games yang menyenangkan.

ngariung
Malam nya kami berdoa untuk Ayahanda dari salah satu teman kami yang telah berpulang ke Yang Maha Kuasa. Disini aku melihat bagaimana kebersamaan yang kami miliki. Rasa sayang dan rasa saling peduli satu sama lain. Sungguh pemandangan yang sangat menyenangkan. Rasa haru menyelimutiku yang sedang melamun. Setetes air mata jatuh begitu saja.


Tengah malam, di malam terakhir di Villa itu, kami menmbuat acara sharing. Kami mengeluarkan keluh kesah yang kami rasakan selama ini. Setelah semua mengeluarkan unek-uneknya kami berpelukan satu sama lain, kami menangis haru membayangkan hari-hari selanjutnya yang akan kami hadapi, kenyataan kami tak dapat selalu bersama seperti di sana, di Villa itu. 

Keesokkannya kami bertolak kembali ke Jakarta. 
Takkan lupa kami mengabadikannya dengan foto-foto.



My dearest friend in Finance Class of Management Hospital UI 2010,

Teman, sungguh, aku tak ingin mengekangmu untuk selalu bersama dengan ku. Yang kuminta hanya ketulusanmu untuk menjaga persahabatan kita yang penuh warna. Aku tak berharap kita akan sering bertemu sebulan setelah ini. Yang kuminta hanya obrolan seru tanpa harus penting, walau hanya sekedar lewat media elektronik. Yang ku ingikan persahabatan indah ini yang berjalan terus hingga nanti. 

Banyak kenangan menyenangkan tentang kalian, kenangan yang hendaknya selalu menarik ujung bibirku untuk tersenyum lebih lebar..

berjanjilah, kita akan bertemu lagi baik saat kesuksesan berada di genggaman kita atau kesedihan merundung hati kita..
Selamat berjuang di Smester akhir ini, teman-teman
we're  the best


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Bima

Teruntuk, Bima Amartha Putra   Selalu saja keadaan buruk seperti ini yang memaksaku untuk ingat masa lalu. Yang aku ingat, kau suka bernyanyi. Sama sepertiku. Hanya saja kemampuan dan keberanianmu lebih besar ketimbang aku. Dengan gitar kau berdendang tanpa ragu. Aku hanya ikut bersenandung “hmm”. Sepengingatanku, kau pernah jadi pacar temanku. Hubungan yang berlangsung cukup lama dan banyak hal yang terjadi antara kau dan temanku. Putus-nyambung, selalu jadi bumbu. Kau adalah salah satu sahabat dari orang yang pernah cukup dekat dengan ku (sebut saja “mantanku”). Kau mengenalnya lebih dulu daripada aku. Mungkin sebab itu juga kita bisa berteman. Yang aku pernah ingat, tak jarang kita semua bermain di luar jam sekolah. Hanya sekedar nongkrong ala anak abg. Sesekali mengabadikannya lewat foto-foto yang jika dilihat sekarang akan membuat kita berkata, “iuuuuhhh, ini kita dulu?” Kini kau sedang berjuang. Aku tahu kau sedang berjuang. Aku tak pernah cukup dekat unt...

Umi..

Ku lihat Wanita paruh baya, sedang bersimpuh di hadapan-Mu. Meminta dengan khusyuk.  Ku lihat wajah sendu, dengan senyum tipis terkembang .  Umi, itulah panggilannya. Panggilan seorang untuk seorang ibu. Ibu yang rela berpisah dengan anak bungsunya demi membantu sepupu dari suaminya, bukan keluarga kandungnya.  Seorang istri yang setia, siap sedia menemani sang suami hingga akhir. Merawat, menemani. "Nining, jangan main-main keluar.", pinta Bapak saat itu. Dengan senang hati, Umi menyanggupinya. Istri yang selalu menyanggupi keinginan suaminya. "ning, saya mau sop daging bening." walau harus berjalan, dilakukan oleh Umi. Aku tak pernah mengerti cinta sejati, tapi cinta yang tulus bisa kulihat dari ibu kandung ku yang baru ku kenal baik beberapa bulan terakhir ini.  Umi, semoga uji bisa menjadi istri dan ibu seperti Umi kelak..

selamat pagi untuk bunga matahari

semenjak ditinggal olehmu, aku jadi lebih senang menghitung dan mengingat tanggal. aku ingat kapan kamu pergi, kapan kamu terakhir menghubungiku. tapi maaf, soal ulang tahunmu aku masih mengandalkan pengingat di facebook karena dekat ulang tahunmu banyak orang juga yang berulang tahun, jadi aku sering keliru. aku tetap manusia, kan? jadi bagaimana kabarmu? masih betah di persembunyian? atau masih senang menjelajahi negeri indah dengan sepeda-sepeda antik mu? menghirupi udara segar setiap hari. aku sering kali ingin menemanimu. tapi aku tak mampu. aku bisa apa? aku ingin dengar cerita-ceritamu, tapi tak selalu kau ceritakan, sekalipun aku memintanya. aku bisa apa? kamu tahu, bunga matahari sudah tumbuh tinggi di depan jendela kamarku. cantik sekali. apalagi saat ia bersanding dengan matahari. semakin cerah. jadi, padanya kuucapkan salam pagiku setiap harinya. bunga itu yang dulu kamu tanam untukku. katamu, "paling tidak ada yang cerah ketika aku tak disamping...