Langsung ke konten utama

Pulang Cepet? Seandainya Bisa...

CAPEK, kata pertama yang kepikiran saat sampai rumah. Ya, tapi resiko juga sih kuliah dengan jadwal tak menentu.

Tugas akhir-akhir ini membuat gila. Setiap hari harus bertahan hingga malam di kampus. Hari kamis masuk, pagi, setelah itu langsung ngerjain tugas Kewirausahaan sampai malam. Dan tugasnya belum selesai juga. Padahal itu laptop dari awal sampe akhir ngga ditinggal sedikitpun.

Kalo dirunut dari hari senin ini, gue selalu sampe rumah jam sembilan atau jam sepuluh malam. 
Hari senin gue pulang kuliah langsung ke IIC, Menteng buat nonton film gratis di Europe on Screen. Selesai jam setengah delapan, sampai rumah jam sepuluh. Macet cyiiin..
Hari selasa, gue pulang rada sore, tapi merayakan ulang tahun Imam dulu. Dan proses kejutan nya panjang banget, sekalian membicarakan evaluasi OIV dan RT OIM. Sekarang gue menyesal, seandainya kemarin gue pulang duluan. Dari situ gue baru naik Deborah sekitar jam sembilan. jadilah sampai rumah jam sepuluh. Sedangkan hari rabunya gue Quiz jam delapan pagi, dan belum sama sekali baca materi dan ada yang belum gue mengerti. Haaaa, bener-bener ngerasa bodoh karena ngga bisa menentukan prioritas.(╥_╥)
Hari rabu, emang kuliah sampai sore, karena lab kantor baru mulai jam 4 sore. 
Hari  kamis ini klimaks banget. Selesai kelas jam sepuluh, abis itu makan, lalu mengerjakan tugas wirus sampai jam tujuh malam. Non-Stop buat Harki. Gue yang menemani sambil sesekali memberi ide, sudah terhuyung-huyung bosan dan capek. Hanung sudah bangung-tidur-bangun berkali-kali. Rulli, dari mulai mengetik daftar harga, main games, baca buku, tidur-tiduran, dengerin lagu. Firman dari dia belum datang karena ikut seminar, sampai dia datang untuk membantu, berdiskusi sama harki. Sampai jam tujuh malam, belum juga selesai.
Hari Jumat. entah apa yang terjadi hari ini. Yang pasti kuliah baru mulai jam tiga sore. Jam satu melanjutkan mengerjakan tugas Wirus dan dilanjutkan dengan tugas Akuntansi ~ 

Masalahnya disini adalah kalau pulang terus-terusan malam seperti itu, gue lebih kepikiran sama Nyokap di rumah sendirian, karena Bokap lagi pergi ke Bandung (walau ngga sendirian banget sih, ada ade gue. tapi kan ngga ada yang bantuin beberes rumah). Kalau pulang malem, gue lebih sering capek pas sampe rumah. Kerjaan yang gue kerjain juga jadi ngga maksimal karena gue nya sudah ngantuk. Dan seminggu ini juga, selalu harus berangkat pagi dari rumah. Bahkan kuliah jam sepuluh, gue harus berangkat dari rumah sekitar jam tujuh atau jam setengah delapan. 

Gue bener-bener butuh skala prioritas! *semoga bukan omong kosong belaka*

Udah deh segini dulu. Gue mau berangkat kuliah dulu. Bye!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Bima

Teruntuk, Bima Amartha Putra   Selalu saja keadaan buruk seperti ini yang memaksaku untuk ingat masa lalu. Yang aku ingat, kau suka bernyanyi. Sama sepertiku. Hanya saja kemampuan dan keberanianmu lebih besar ketimbang aku. Dengan gitar kau berdendang tanpa ragu. Aku hanya ikut bersenandung “hmm”. Sepengingatanku, kau pernah jadi pacar temanku. Hubungan yang berlangsung cukup lama dan banyak hal yang terjadi antara kau dan temanku. Putus-nyambung, selalu jadi bumbu. Kau adalah salah satu sahabat dari orang yang pernah cukup dekat dengan ku (sebut saja “mantanku”). Kau mengenalnya lebih dulu daripada aku. Mungkin sebab itu juga kita bisa berteman. Yang aku pernah ingat, tak jarang kita semua bermain di luar jam sekolah. Hanya sekedar nongkrong ala anak abg. Sesekali mengabadikannya lewat foto-foto yang jika dilihat sekarang akan membuat kita berkata, “iuuuuhhh, ini kita dulu?” Kini kau sedang berjuang. Aku tahu kau sedang berjuang. Aku tak pernah cukup dekat unt...

Pergi ke Makassar

Negara seribu pulau adalah salah satu sebutan untuk Indonesia. Memang, karena saking banyaknya pulau yang dimiliki oleh Indonesia. Banyak turis datang untuk berkeliling dan mencari surga-surga tersembunyi di pulau-pulau kecil negara ini. Aku iri. Aku sebagai orang Indonesia justru belum punya kesempatan untuk berkeliling di negeri sendiri. Awal tahun ini, aku bertemu dengan sahabatku, membicarakan impian-impian yang ingin kami capai. Ohya, teman yang satu ini adalah salah satu teman yang selalu memberikan aku semangat untuk terus bermimpi. Bermimpi setinggi-tingginya. Selanjutnya aku melanjutkan perjuangan-perjuangan yang memang harus aku lalui, kadang tak setangguh saat aku memimpikannya. Aku rasa  seringkali aku kurang memaksakan diri untuk hal-hal baik. Semoga belum terlambat untuk mengejar mimpi-mimpi itu. Percakapan semakin seru saat kami membicarakan penulis  dan penyair favorit kami, Aan  Mansyur. Ia berdomisili di bagian timur negara ini, tepatnya di Kota...

Hari Kemenangan dan Doa Selamat

7 Agustus 2013 Hujan senantiasa mengguyur malam ini. Menari-nari seraya bergembira menyambut riuh takbir. Aku sambil ikut melantunkan dengan lirih sambil berbaring, membayangkan segala berkah hingga kini. Lalu, tertidur.... 8 Agustus 2013 Gema takbir masih menggema. Sepagi ini semua rumah riuh. Semua bersiap menuju tempat-tempat ramai untuk melaksanakan ibadah di hari kemenangan. Sisa-sisa air hujan masih membekas di jalan-jalan. Bercampur dengan embun wangi basah yang menyejukkan pagi ini. Bahkan sejuk berkah hari ini di rasakan juga oleh mereka di bawah gundukkan tanah yang membubung. Taburan bunga semerbak menyerbu, mengingatkan pada kematian yang tak terelakkan. di sini, di tempatmu bersemayam, di depanmu, aku mohonkan segala doa selamat untukmu. aku haturkan syukur karena hujan semalam membuatmu sejuk di pagi ini. di depan tempatmu bersemayam, aku teteskan airmata. semua karena penyesalanku karena jarang bertemu denganmu. tak sempat melihatmu berbaring nyaman di tempatmu...