Langsung ke konten utama

Iiiiiih Cium-Cium... hush hush

Hari ini, malem ngga hujan. (ngga penting, tapi penting)
Hari ini, gue abis nonton di Istituto Italiano di Cultura, diacara Europe on Screen. Di sana gue ketemu sama anak Vokasi juga, tapi gue ngga kenal namanya, cuma tau muka. Orangnya kribo-kribo gitu, anak Vokasinema kayaknya mah.

Hmm, tapi sebenernya sih ngga mau ngomongin itu. Yang mau gue omongin adalah kejadian di angkot saat gue pulang.  Tepatnya di angkot putih itu. Hmmm, singkat cerita gue duduk di pojokkan yang bangku isi enam orang. Di pojok depan gue ada cowok gembul yang tertidur, sebelahnya ada cewek berkerudung. cantik, juga tidur. Karena penuh, yaaa ngga heran agak dempet.

Nah, awalnya yah gitu, namanya orang tidur kan suka oleng. Tapi yang ini tuh, dia (si cowok) sambil kayak entah nyium, entah mengendus, yang pasti mendekat kearah bahu si cewek. Awalnya gue ngg mau suudzon. Tapi makin lama makin jelas brengs*knya. Doi makin sering nyosor sambil merem-merem tapi melek (gue ngg bisa deskripsiin).  Dan klimaksnya doi sempet terang-terangan nyosor ke pipi si cewek. HAAAAAA !!! kurang ajar banget itu cowoook!

Terus, dengan segala hal kerisihan itu, gue bingung kenapa si cewek ngga sadar-sadar. Haduuh gue ngga tahan liatnya, kasian si cewek, tapi gue juga ngeri kalo gue ngelakuin sesuatu gue malah di apa-apain sama itu cowok. Dan, seisi angkot juga pada ngga merhatiin itu gelagatnya si cowok brengs*k itu..  rrrrgggghhh, gue jadi punya beban, ntar di akhirat gue dah diminta pertanggungjawabbannya ~

Dan penambah keganjilan kejadian tadi, si cowok akhirnya turun di situ deh. Nah, saat turun itu, si cewek sadar, bangun tidur gitu, tapi ngga keliatan kayak bangun tidur, kayak yang biasa aja, kayak ngga terjadi apa-apa.. haaaaaaaaaa gue setereees liatnyaaa. Mau nabok si cowok brengs*k itu, cuma keberanian gue minim banget. (what a chemen girl!)

Setelah ini kayaknya gue bakal hati-hati banget kalo mau tidur di angkot, liat kiri kanan dulu, apalagi kalo kelua malem gitu. Betapa sulitnya jadi wanita. Banyak aturannya, banyak yang mesti dijaga, banyak banget batasan-batasannya, mesti banget waspada dan mawas diri di tempat umum.

Itu cowok ngga punya Ibu kali ya, berani-beraninya kayak gitu sama cewek. ~

Pokoknya kalo duduk di angkot perhatiin kanan, kiri dan depannya siapa aja. Kalo ngg yakin sama keamanannya mending turun deh, daripada ntar kenapa-napa. Patut mudah curiga kalo gini sih, biar lah dibilang jutek, yang penting bisa jaga diri. Kalo bisa malah belajar bela diri biar ngga gampang di lecehin begitu aja. Yang paling penting, jangan lupa juga berdoa, itu yang paling ampuh dari segala cara perlindungan diri, minta perlindungan dari yang punya semesta..

Udeh ah, kayaknya begitu aja buat kali ini. 
Sekian dan terimakasih.
Best regards, Uji

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Bima

Teruntuk, Bima Amartha Putra   Selalu saja keadaan buruk seperti ini yang memaksaku untuk ingat masa lalu. Yang aku ingat, kau suka bernyanyi. Sama sepertiku. Hanya saja kemampuan dan keberanianmu lebih besar ketimbang aku. Dengan gitar kau berdendang tanpa ragu. Aku hanya ikut bersenandung “hmm”. Sepengingatanku, kau pernah jadi pacar temanku. Hubungan yang berlangsung cukup lama dan banyak hal yang terjadi antara kau dan temanku. Putus-nyambung, selalu jadi bumbu. Kau adalah salah satu sahabat dari orang yang pernah cukup dekat dengan ku (sebut saja “mantanku”). Kau mengenalnya lebih dulu daripada aku. Mungkin sebab itu juga kita bisa berteman. Yang aku pernah ingat, tak jarang kita semua bermain di luar jam sekolah. Hanya sekedar nongkrong ala anak abg. Sesekali mengabadikannya lewat foto-foto yang jika dilihat sekarang akan membuat kita berkata, “iuuuuhhh, ini kita dulu?” Kini kau sedang berjuang. Aku tahu kau sedang berjuang. Aku tak pernah cukup dekat unt...

Pergi ke Makassar

Negara seribu pulau adalah salah satu sebutan untuk Indonesia. Memang, karena saking banyaknya pulau yang dimiliki oleh Indonesia. Banyak turis datang untuk berkeliling dan mencari surga-surga tersembunyi di pulau-pulau kecil negara ini. Aku iri. Aku sebagai orang Indonesia justru belum punya kesempatan untuk berkeliling di negeri sendiri. Awal tahun ini, aku bertemu dengan sahabatku, membicarakan impian-impian yang ingin kami capai. Ohya, teman yang satu ini adalah salah satu teman yang selalu memberikan aku semangat untuk terus bermimpi. Bermimpi setinggi-tingginya. Selanjutnya aku melanjutkan perjuangan-perjuangan yang memang harus aku lalui, kadang tak setangguh saat aku memimpikannya. Aku rasa  seringkali aku kurang memaksakan diri untuk hal-hal baik. Semoga belum terlambat untuk mengejar mimpi-mimpi itu. Percakapan semakin seru saat kami membicarakan penulis  dan penyair favorit kami, Aan  Mansyur. Ia berdomisili di bagian timur negara ini, tepatnya di Kota...

Umi..

Ku lihat Wanita paruh baya, sedang bersimpuh di hadapan-Mu. Meminta dengan khusyuk.  Ku lihat wajah sendu, dengan senyum tipis terkembang .  Umi, itulah panggilannya. Panggilan seorang untuk seorang ibu. Ibu yang rela berpisah dengan anak bungsunya demi membantu sepupu dari suaminya, bukan keluarga kandungnya.  Seorang istri yang setia, siap sedia menemani sang suami hingga akhir. Merawat, menemani. "Nining, jangan main-main keluar.", pinta Bapak saat itu. Dengan senang hati, Umi menyanggupinya. Istri yang selalu menyanggupi keinginan suaminya. "ning, saya mau sop daging bening." walau harus berjalan, dilakukan oleh Umi. Aku tak pernah mengerti cinta sejati, tapi cinta yang tulus bisa kulihat dari ibu kandung ku yang baru ku kenal baik beberapa bulan terakhir ini.  Umi, semoga uji bisa menjadi istri dan ibu seperti Umi kelak..