Langsung ke konten utama

Pertengahan Jalan ~

Kehidupan kantor mengantor memang lebih menyenangkan. Hanya saja sayangnya sambil diselingi tugas dan  beban tugas akhir. Ya, ini menyebalkan. Tapi toh jadi syarat kelulusan, jadi berusaha menjalani saja lah. Itu salah satu alasan mengapa rasanya lama sekali gue nggak menulis di blog ini. Bahasa kerennya sih "Sori, gue lagi sibuk". Sebenarnya ada kesempatan untuk menulis, hanya terkadang waktu dan fasilitas yang tidak memungkinkan.


Hmm, sekilas mungkin bisa gue ceritakan tentang magang yang baru setengah jalan, ketika mulai malas melakukan apapun untuk menyelesaikan Tugas Akhir. 


Gue magang di salah satu rumah sakit umum swasta di jakarta selatan. Bukan rumah sakit elit, tapi cukup bersahabat untuk magang. Gue nggak sendiri, ada 3 orang lagi teman berbeda jurusan yang ngejogrok di rumah sakit yang sama. Alhamdulillah, gue ditempatkan di bagian SDM, sedangkan tiga lainnya ada yang di sekretariat, marketing dan rekam medis. 

Alhamdulillah juga pembimbing lapangan gue adalah kepala SDM yang sangat baik, sehingga bantuan selalu diberikan olehnya, walaupun hanya sekedar tandatangan pengesahan. :)


karena tulisan sebelumnya nggak ke save, langsung aja ah gue liatin foto bareng teman seperjuangan




kok cuma bertiga? Iya, karena yang satu lagi cowok, dan doi selalu pulang lebih awal. Memang karena jadwal magangnya yang mulai jam 7 pagi, jadi pulang pun duluan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Bima

Teruntuk, Bima Amartha Putra   Selalu saja keadaan buruk seperti ini yang memaksaku untuk ingat masa lalu. Yang aku ingat, kau suka bernyanyi. Sama sepertiku. Hanya saja kemampuan dan keberanianmu lebih besar ketimbang aku. Dengan gitar kau berdendang tanpa ragu. Aku hanya ikut bersenandung “hmm”. Sepengingatanku, kau pernah jadi pacar temanku. Hubungan yang berlangsung cukup lama dan banyak hal yang terjadi antara kau dan temanku. Putus-nyambung, selalu jadi bumbu. Kau adalah salah satu sahabat dari orang yang pernah cukup dekat dengan ku (sebut saja “mantanku”). Kau mengenalnya lebih dulu daripada aku. Mungkin sebab itu juga kita bisa berteman. Yang aku pernah ingat, tak jarang kita semua bermain di luar jam sekolah. Hanya sekedar nongkrong ala anak abg. Sesekali mengabadikannya lewat foto-foto yang jika dilihat sekarang akan membuat kita berkata, “iuuuuhhh, ini kita dulu?” Kini kau sedang berjuang. Aku tahu kau sedang berjuang. Aku tak pernah cukup dekat unt...

Pergi ke Makassar

Negara seribu pulau adalah salah satu sebutan untuk Indonesia. Memang, karena saking banyaknya pulau yang dimiliki oleh Indonesia. Banyak turis datang untuk berkeliling dan mencari surga-surga tersembunyi di pulau-pulau kecil negara ini. Aku iri. Aku sebagai orang Indonesia justru belum punya kesempatan untuk berkeliling di negeri sendiri. Awal tahun ini, aku bertemu dengan sahabatku, membicarakan impian-impian yang ingin kami capai. Ohya, teman yang satu ini adalah salah satu teman yang selalu memberikan aku semangat untuk terus bermimpi. Bermimpi setinggi-tingginya. Selanjutnya aku melanjutkan perjuangan-perjuangan yang memang harus aku lalui, kadang tak setangguh saat aku memimpikannya. Aku rasa  seringkali aku kurang memaksakan diri untuk hal-hal baik. Semoga belum terlambat untuk mengejar mimpi-mimpi itu. Percakapan semakin seru saat kami membicarakan penulis  dan penyair favorit kami, Aan  Mansyur. Ia berdomisili di bagian timur negara ini, tepatnya di Kota...

Umi..

Ku lihat Wanita paruh baya, sedang bersimpuh di hadapan-Mu. Meminta dengan khusyuk.  Ku lihat wajah sendu, dengan senyum tipis terkembang .  Umi, itulah panggilannya. Panggilan seorang untuk seorang ibu. Ibu yang rela berpisah dengan anak bungsunya demi membantu sepupu dari suaminya, bukan keluarga kandungnya.  Seorang istri yang setia, siap sedia menemani sang suami hingga akhir. Merawat, menemani. "Nining, jangan main-main keluar.", pinta Bapak saat itu. Dengan senang hati, Umi menyanggupinya. Istri yang selalu menyanggupi keinginan suaminya. "ning, saya mau sop daging bening." walau harus berjalan, dilakukan oleh Umi. Aku tak pernah mengerti cinta sejati, tapi cinta yang tulus bisa kulihat dari ibu kandung ku yang baru ku kenal baik beberapa bulan terakhir ini.  Umi, semoga uji bisa menjadi istri dan ibu seperti Umi kelak..